REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyatakan, proses bersejarah merger tiga bank syariah milik BUMN akan mewujudkan sebuah Bank Syariah Nasional yang solid dan berkaliber global.
Hal itu diungkapkan Erick terkait Penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN yang melibatkan PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri. Penandatanganan CMA berlangsung di Jakarta, Senin (12/10) malam yang dilakukan oleh Direktur Utama Bank BRI Syariah Ngatari, Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, dan Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Toni EB Subari.
Ketiga induk bank-bank syariah tersebut turut pula menandatangani kesepakatan. Yakni Direktur Utama Bank BRI Sunarso, Direktur Hubungan Kelembagaan Bank BNI Sis Apik Wijayanto, dan Plt Direktur Utama Bank Mandiri, Hery Gunardi. Setelah itu proses merger dilanjutkan dengan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Selasa (13/10).
Erick mengatakan, penandatanganan CMA merupakan awal dari proses bersejarah lahirnya bank umum syariah nasional berkaliber global. "Saya optimistis, bank syariah hasil merger nanti akan menjadi energi baru bagi perekonomian Indonesia," ucap Erick.
Sebelum pandemi, kinerja bank-bank syariah di kuartal II 2020 sangat positif. Penggabungan ini akan membuat posisi bank syariah nasional lebih besar dan lebih solid. Dengan begitu, lebih banyak masyarakat Indonesia yang bisa merasakan manfaat kehadiran bank syariah nasional itu.
Pemerintah sudah merencanakan dengan matang pembentukan bank umum syariah terbesar pertama Indonesia. Dengan penduduk mayoritas Muslim, Erick menilai potensi perbankan syariah masih sangat besar sekaligus memberikan opsi bagi masyarakat atau dunia usaha yang lebih nyaman menggunakan sistem perbankan syariah.
"Keinginan Indonesia memiliki bank umum syariah nasional terbesar pada 2021 merupakan bagian dari upaya dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan dan menjadikan ekonomi keuangan syariah sebagai pilar baru kekuatan ekonomi nasional," ujar Erick.
Menurutnya, strategi tersebut secara jangka panjang juga akan mendorong Indonesia menjadi salah satu pusat keuangan syariah dunia. Menurut perhitungan OJK, merger tiga bank syariah itu akan menghasilkan satu entitas bank syariah baru dengan total aset senilai Rp 207 triliun.