Selasa 13 Oct 2020 23:40 WIB

Syukur Amalan Tertinggi dan Bagaimana Cara Melakukannya?

Syukur amalan yang tinggi derajatnya dalam konteks hamba Tuhan.

Rep: Yusuf A/ Red: Nashih Nashrullah
Syukur amalan yang tinggi derajatnya dalam konteks hamba Tuhan. Ilustrasi sujud syukur
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Syukur amalan yang tinggi derajatnya dalam konteks hamba Tuhan. Ilustrasi sujud syukur

REPUBLIKA.CO.ID,  Sesungguhnya,  bersyukur kepada Allah SWT adalah amalan tertinggi, yang bahkan oleh Muhammad bin Shalih al-Munajjid dikatakan sebagai separuh iman, dengan separuhnya lagi adalah sabar.  

Dalam buku Silsilah Amalan Hati, al-Munajjid, mengungkapkan,  Allah telah menggandengkan perintah mengingat-Nya dengan perintah bersyukur kepada-Nya.

Baca Juga

Adapun perintah bersabar dalam pengerjaannya adalah sarana untuk mewujudkan keduanya. Maka itu, Allah akan memuji orang yang bersyukur, dan memberikan predikat sebagai mahluk-Nya yang terpilih. "Dan Allah menjanjikan bagi hamba yang bersyukur dengan balasan terbaik," ujar al-Munajjid.

Bersyukur secara pengertian bahasa yakni mengakui kebajikan. Ada istilah /syakartullaha/ yang berarti mensyukuri nikmat Allah. Dalam arti lain, bersyukur mengandung makna berterima kasih kepada pihak yang telah berbuat baik atas kebajikan yang diberikannya.

Lawan kata syukur adalah kufur.  Artinya mendustakan atau mengingkari nikmat. Dia juga ingkar kepada tanda-tanda kekuasaan Allah.  Menyangkut pihak-pihak yang kufur, Allah sudah menengarai. 

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا "Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS  al-Insaan [76] : 3)

Adalah iblis yang berada di belakang layar munculnya sikap kufur tadi. Itulah memang salah satu tujuan dari iblis, yakni menjauhkan manusia dari rasa bersyukur. 

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ "Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (QS al A'raaf [7] : 17)

Allah SWT lantas mewartakan bahwasanya orang-orang yang bersyukur kepada-Nya berjumlah sedikit. 

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS Saba' [34] : 13). Adapun sebagian besar lainnya cenderung bersenang-senang dengan nikmat yang diperoleh. 

"Mereka enggan berterima kasih kepada Allah," ungkap Ibnu Qayyim.  Sehingga, sambung ulama terkemuka  itu, Allah mencirikan sesungguhnya yang mau beribadah kepada-Nya adalah orang yang bersyukur, dan mereka yang tidak mau bersyukur berarti bukan termasuk yang menyembah-Nya. 

Dalam arti lain, bersyukur adalah tujuan penciptaan dan tujuan perintah-Nya. "Maka Allah menjadikan bersyukur sebagai penyebab bertambahnya karunia di sisi-Nya," tutur al-Munajjid.   

 Lalu bagaimana caranya agar kita  pandai bersyukur? 

Ada dua perkara yang harus diutamakan, pertama, mengenal nikmat, yakni menghadirkannya dalam hati, dan meyakininya.  Apabila seorang hamba sudah mengenal nikmat, maka dia akan beranjak ke tahap berikutnya ialah mengenal Tuhan yang memberi nikmat itu. Kedua, menerima nikmat.

Dia sadar, bahwa nikmat tadi bukan lantaran keberhakan mendapatkannya, tapi hanyalah karunia dan kemurahan Allah.  "Akhirnya, setelah memahami hakikat kedua hal itu, seorang hamba akan memuji Allah atas nikmat-Nya,"  papar al-Munajjid.

Esensi syukur terletak pada perbuatan dan tindakan nyata sehari-hari.  Ibnu al-Qayyim merumuskan tiga faktor yang harus ada dalam konteks syukur yang sungguh-sungguh, yaitu dengan lisan dalam bentuk pengakuan dan pujian, dengan hati dalam bentuk kesaksian dan kecintaan, serta dengan seluruh anggota tubuh dalam bentuk amal perbuatan.

Sehingga bentuk implementasi dari rasa syukur bisa beragam; shalat seseorang merupakan bukti syukurnya, puasa dan zakat seseorang juga bukti akan syukurnya, segala kebaikan yang dilakukan karena Allah adalah implementasi syukur. Intinya, syukur adalah takwa kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa ayat 147:

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا  Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Mahamengetahui”.  

Bersyukur akan menjauhkan kita dari azab Allah SWT.  Sang Pencipta pun telah berjanji untuk melipatgandakan nikmatnya bagi hambanya yang bersyukur.  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement