REPUBLIKA.CO.ID, NICOSIA -- Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengkritik Turki karena sepihak mengambil langkah di Mediterania timur, Selasa (13/10). Ankara dinilai akan membuat pukulan serius dalam meredakan ketegangan antara Uni Eropa dan Turki.
Maas mengatakan setiap upaya oleh kapal survei Turki untuk mulai mencari hidrokarbon di perairan yang disengketakan menjauhkan dialog penyelesaian. "Itulah mengapa kami sepenuhnya memahami rasa frustrasi yang mendalam yang dirasakan oleh Siprus terkait langkah-langkah sepihak oleh Turki, Uni Eropa, dan Jerman yang berdiri dalam solidaritas dengan Siprus dan Yunani," katanya setelah berbicara dengan mitranya dari Siprus, Nikos Christodoulides.
Jerman memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa dan Maas memperingatkan terhadap reaksi tergesa-gesa yang dimotivasi oleh kemarahan. Dia mengatakan bahwa blok itu harus bertindak demi kepentingan terbaik anggotanya dan bahwa perselisihan hanya boleh diselesaikan melalui dialog langsung.
Mass mengatakan para pemimpin Eropa telah memberikan waktu hingga Desember untuk diplomasi berlangsung. "Namun, agar itu terjadi harus ada iklim kepercayaan dan kredibilitas, sesuatu yang tidak ada di sana sekarang," ujarnya.
Penempatan kembali kapal survei Oruc Reis oleh Ankara untuk eksplorasi energi baru di sekitar Kastellorizo telah menghidupkan kembali ketegangan atas batas laut antara pulau-pulau Yunani, Siprus, dan pantai selatan Turki. Ketegangan itu telah berkobar selama musim panas, memicu peningkatan militer, retorika yang bersifat permusuhan, dan ketakutan akan konfrontasi antara dua anggota NATO dan rival regional bersejarah itu.
Ankara mengatakan melakukan tindakan itu karena Yunani memilih untuk mengadakan latihan militer di Laut Aegea pada hari libur nasional Turki. Turki menolak kritik internasional atas penempatan kembali kapal penelitiannya, dengan bersikeras bahwa Oruc Reis beroperasi di perairan Turki.
Sedangkan, Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, mengatakan tidak akan terlibat dalam pembicaraan eksplorasi dengan Ankara selama kapal survei tetap aktif di wilayah tersebut. "Semoga kita bisa sampai pada titik di mana kita benar-benar duduk dan berbicara seperti orang yang berakal sehat ... selain terlibat dalam diplomasi kapal perang yang tidak perlu," katanya dalam pertemuan dengan Maas di Athena pada Selasa malam.
Oruc Reis meninggalkan pelabuhan Antalya pada awal pekan ini untuk misi yang diperkirakan akan berakhir 22 Oktober. Menurut media Yunani, kapal itu dikawal oleh kapal perang.