Rabu 14 Oct 2020 16:17 WIB

Surabaya Diklaim Berkategori Risiko Rendah Covid-19

Sejumlah upaya dilakukan Pemkot Surabaya memutus mata rantai Covid-19.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Warga melintas di dekat tembok bermural di kawasan Dupak Rukun, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/10/2020). Mural tersebut sebagai bentuk sosialisasi serta ajakan kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya tahun 2020.
Foto: Didik Suhartono/ANTARA
Warga melintas di dekat tembok bermural di kawasan Dupak Rukun, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/10/2020). Mural tersebut sebagai bentuk sosialisasi serta ajakan kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya tahun 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara mengatakan, berdasarkan hasil monitoring self assessment Indikator Kesehatan Masyarakat (IKM), Kota Surabaya menunjukkan nilai 2,58 atau dalam kategori risiko rendah Covid-19. Hasil monitoring yang kemudian dilaporkan ke Pemprov Jatim dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini berdasarkan penilaian yang dilakukan mulai 28 September hingga 04 Oktober 2020.

Febri mengatakan, penilaian yang dilakukan dalam self assessment itu terdiri dari 14 indikator. Di antaranya, penurunan jumlah kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak, penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak, hingga mortality rate (angka kematian) kasus positif per 100.000 penduduk.

"Sementara itu sebagai pelengkap atau untuk triangulasi, Pemkot Surabaya menambahkan indikator ke-15, yakni Rt Angka reproduksi efektif kurang dari angka satu," ujar Febri di Surabaya, Rabu (14/10).

Febri menyatakan, capaian ini tak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dimana Pemkot memberikan berbagai intervensi bagi kontak erat maupun pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri.

"Di antaranya adalah memberikan permakanan, peralatan mandi, hingga peralatan makan seperti sendok dan piring," ujar Febri.

Febri mengklaim, upaya pencegahan lain juga dilakukan Pemkot Surabaya melalui pola-pola yang komprehensif. Antara lain, memasang bilik disinfektan, wastafel, hingga penyemprotan secara masif di tempat-tempat yang terdampak Covid-19.

“Jadi di kampung-kampung itu yang terdampak Covid-19 dilakukan penyemprotan disinfektan,” kata dia.

Pemkot Surabaya juga diakuinya concern untuk menyiapkan berbagai strategi menangani pandemi ini. Salah satu strategi itu adalah melakukan tracing masif, menyiapkan Kampung Wani Jogo Suroboyo, serta menerapkan mini blocking bagi kampung yang ditemukan kasus Covid-19.

“Alhamdulillah waktu itu langsung didukung sumber daya dari BIN (Badan Intelijen Negara) dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Alhasil, mulai terlihat bagaimana pola-pola penanganan terhadap Covid-19 di Kota Surabaya,” ujarnya.

Febri menjelaskan, tracing masif yang dilakukan bertujuan untuk mencari tahu berapa banyak warga yang terkena Covid-19. Dengan begitu, dapat diketahui bagaimana pola untuk penanganan selanjutnya. Selain itu, ibu hamil serta guru di sekolah juga difasilitasi untuk swab gratis. Kemudian diiringi program swab dadakan di lokasi-lokasi keramaian. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement