REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para nabi dan rasul begitu juga Rasulullah mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dengan prinsip keseimbangan yang mereka ajarkan, umat manusia akan dapat menemukan jalan lurus dan jalan hidup yang benar serta terhindar dari sikap berlebihan dan meremehkan.
Cendikiawan Muslim Turki, Muhammad Fethullah Gulen menjelaskan bahwa sikap meninggalkan dunia dan menyepi di kuil atau gereja seperti yang dilakukan para pendeta bukanlah sesuatu yang dianjurkan dalam Islam.
Begitupun Islam melarang untuk bergaya hidup yang larut tenggelam dalam gemerlap dunia dan menjadikan diri sebagai budak materi sehingga melupakan Allah. Namun menurut Fethullah Gulen yang terbaik adalah mampu menyeimbangkan keduanya dalam menjalani kehidupan.
“Jalan terbaik di antara semua itu adalah dengan menempuh jalan tengah, dan itu tidak dapat dilakukan tanpa adanya petunjuk wahyu. Akal dan naluri manusia tidak akan mampu menemukan keseimbangan hidup. Bahkan ilmu pengetahuan sekalipun takkan mampu mengantarkan manusia ke tujuan atau mengangkatnya ke pemahaman atas keseimbangan antara dunia dan akhirat,” jelas Fethullah Gulen dalam bukunya berjudul Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia. Ada ayat Al Quran yang menjelaskan tentang keseimbangan dalam menjalani kehidupan.
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan," (Al Quran surat Al Qashash ayat 77).