REPUBLIKA.CO.ID, BIERUT -- Perwakilan Lebanon dan delegasi Israel mengadakan pertemuan di pangkalan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) di Naqoura pada Rabu (14/10). Mereka membahas tentang sengketa perbatasan laut di antara kedua negara.
Pertemuan yang pertama kali diadakan itu dimediasi PBB dan Amerika Serikat (AS). Perwakilan Lebanon dilaporkan dipimpin seorang perwira militer. Sementara delegasi Israel diketuai direktur jenderal kementerian energinya.
Pertemuan tersebut hanya berlangsung selama satu jam. Namun kedua pihak sepakat mengadakan pembicaraan lanjutan pada 28 Oktober mendatang.
Beberapa jam sebelum pertemuan di pangkalan UNIFIL berlangsung, kelompok Hizbullah dan partai Amal mengkritik komposisi delegasi Lebanon saat ini. “Bentuk delegasi Lebanon saat ini, yang mencakup tokoh sipil, bertentangan dengan kesepakatan kerangka kerja,” kata kantor pers Hizbullah, dikutip laman the National.
Hizbullah dan Amal menyerukan agar delegasi hanya mencakup pejabat militer. Bulan ini Israel dan Lebanon sepakat merundingkan perselisihan berkepanjangan terkait perbatasan laut yang melintasi perairan Mediterania. Wilayah perairan itu berpotensi mengandung gas yang melimpah.
Menteri Energi Israel Yuval Steinitz mengatakan negosiasi dengan Lebanon tidak berkaitan dengan normalisasi hubungan atau perdamaian. Sebaliknya, kedua negara sedang melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan perbedaan teknis-ekonomi terkait sumber daya alam di laut.
Hingga saat ini, Israel dan Lebanon memang tak memiliki hubungan formal. Kedua negara bahkan masih terlibat pertempuran secara berkala. Pada Juli lalu, misalnya, pasukan Israel terlibat pertempuran dengan Hizbullah di wilayah perbatasan.
Pada tahun 2000, Hizbullah melancarkan pemberontakan berdarah terhadap Israel. Hal itu membuat Israel mundur dari wilayah yang didudukinya di Lebanon selatan. Hizbullah dan Israel kembali terlibat konflik pada 2006.