REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa dari Federasi Serikat Pekerja Aneka Indonesia (FSPASI) menggelar aksi unjuk rasa menolak pengesahan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Dalam aksinya massa membawa bebek sebagai simbol kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Sebenarnya kami ingin membawa kurang lebih 13 bebek, hanya kondisi yang tidak memungkinkan maka dari tiga tersebut mewakili dari 13 poin yang sedemikian merugikan kaum buruh," kata Koordinator Lapangan, Nurdin kepada wartawan, Rabu (14/10).
Nurdin melanjutkan, pihaknya membawa bebek juga sebagai kritik terhadap sikap Presiden Jokowi, yang lebih memetingkan mengunjungi pertenakan bebek di Kalimantan Tengah, dibanding menemui masyarakat saat aksi demo 8 Oktober lalu.
Ia heran mengapa Jokowi jauh-jauh ke Kalimantan Tengah kalau hanya ingin melihat bebek. Maka, dari itu pihaknya inisiatif untuk membawa bebek. Nurdin menggelar unjuk rasa ini bergabung dengan Atos (aliansi tolak omnibus law) dan PPMI kurang lebih ada 200 massa.
Nurdin mengatakan Omnibus Law bukan hanya merugikan kalangan buruh saja, namun juga merugikan masyarakat banyak. Dan inilah mengapa pihaknya mengantarkan bebek ke Jokowi biar Jokowi sadar kalau mengurus masyarakat tidak seperti mengurus bebek.
"Yang cukup ditengokin terus dikasih makan, tapi harus dikasih perhatian, kasih sayang, bukan kemudian datang di hadepin dengan polisi terus direpresif kami. Dari tanggal 6 Oktober 2020 sampai hari ini saya ikut aksi terus. Dan ketika ikut aksi belum pernah pak Jokowi datang," katanya.
"Ini bentuk penolakan dan sindiran. Kalau dia lebih mementingkan bebek daripada masyarakatnya," ucapnya.