REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Presiden Armenia Armen Sarkiskyan mengatakan Rusia adalah satu-satunya negara yang dapat mengakhiri konflik antara negaranya dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh. Dia pun mengapresiasi Rusia atas perannya mengupayakan gencatan senjata.
“Rusia memiliki hubungan baik dengan Armenia, hubungan dekat dengan Azerbaijan. Jadi Rusia adalah negara yang tidak hanya dapat bertindak sebagai mediator dalam negosiasi, tetapi mungkin satu-satunya yang dapat bertindak sebagai mediator untuk menghentikan aksi militer di garis (kontak) dan di belakangnya,” kata Sarkiskyan saat diwawancara stasiun televisi Dozhd, dikutip laman kantor berita Rusia TASS pada Selasa (13/10).
Dia pun mengapresiasi usaha Rusia menerapkan gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. “Gencatan senjata adalah urusan yang rumit. Dalam hal ini, kita semua harus berterima kasih kepada pihak Rusia,” ujar Sarkiskyan.
Setelah melakukan diskusi dan konsultasi di Moskow, Azerbaijan dan Armenia akhirnya menyetujui gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. Kedua negara pun sepakat melakukan pertukaran tawanan perang dan penarikan orang yang gugur. Namun gencatan senjata itu mulai retak. Armenia dan Azerbaijan saling tuding melanggar perjanjian.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan negaranya akan melanjutkan operasi militer untuk membebaskan wilayah Nagorno-Karabakh. Secara administratif, Nagorno-Karabakh memang masuk ke dalam wilayah Azerbaijan. Namun mayoritas penduduk di sana adalah etnis Armenia. Pertempuran antara kedua negara di wilayah yang dipersengketakan tersebut pecah pada 27 September lalu.
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh telah berlangsung sejak awal 1990-an. Persengketaan wilayah mulai muncul setelah Uni Soviet runtuh. Dari 1991-1994, pertempuran kedua negara diperkirakan menyebabkan 30 ribu orang tewas.
Pada 1992, The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) Minsk GrouP dibentuk. Badan yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat (AS) itu bertugas memediasi serta menemukan solusi damai untuk mengakhiri konflik Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabkah.
Gencatan senjata berhasil disepakati pada 1994. Namun hingga kini kedua negara belum bersedia terikat dalam perjanjian perdamaian.