REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim mendorong peningkatan frekuensi gangguan terumbu karang seperti gelombang panas laut. Karang di Great Barrier Reef, Australia yang merupakan sistem terumbu karang terbesar di dunia telah kehilangan lebih dari separuh populasi terumbu karang dalam tiga dekade terakhir.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B menilai komunitas karang dan ukuran koloninya di sepanjang Great Barrier Reef antara 1995 dan 2017. Ia menemukan bahwa karang kecil, sedang dan besar semuanya telah menurun dalam periode tersebut.
"Kami mengukur perubahan ukuran koloni karena studi populasi penting untuk memahami demografi dan kapasitas karang untuk berkembang biak,” kata salah satu penulis studi dari ARC Center of Excellence for Coral Reef Studies (CoralCoE) di Australia, Andy Dietzel dilansir dari finansialexpress, Kamis (15/10).
Rekan penulis studi lainnya dari CoralCoE, Terry Hughes menemukan jumlah karang kecil yang sedang dan besar di Great Barrier Reef telah menurun lebih dari 50 persen sejak tahun 1990-an. Menurut penelitian, penurunan terjadi di perairan dangkal lebih dalam dan di hampir semua spesies tetapi terutama di karang bercabang dan berbentuk meja.
"Ini adalah yang paling parah dipengaruhi oleh suhu yang memecahkan rekor yang memicu pemutihan massal pada 2016 dan 2017,” kata Hughes.
Terumbu adalah ekosistem bawah air yang menjadi rumah bagi beberapa spesies yang saling bergantung. Para ilmuwan mengatakan hilangnya karang ini berarti hilangnya habitat yang pada gilirannya mengurangi kelimpahan ikan dan produktivitas perikanan terumbu karang.
Ia mengatakan salah satu implikasi utama dari ukuran karang adalah pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup dan perkembangbiakan. Populasi karang yang hidup memiliki jutaan karang kecil, muda dan juga beberapa karang besar.
Para ilmuwan mengingatkan bahwa data yang lebih baik tentang tren demografi karang sangat dibutuhkan. Jika ingin memahami bagaimana populasi karang berubah dan apakah mereka dapat pulih di antara gangguan atau tidak, ia memerlukan data demografis yang lebih rinci tentang reproduksi dan struktur ukuran koloni.
"Dulu kami berpikir bahwa Great Barrier Reef dilindungi oleh ukurannya yang besar tetapi hasil kami menunjukkan bahwa bahkan sistem terumbu karang terbesar dan relatif terlindungi di dunia semakin terancam dan menurun,” tambah Hughes.
Menurut para peneliti, perubahan iklim mendorong peningkatan frekuensi gangguan terumbu karang seperti gelombang panas laut. Studi tersebut mencatat kerusakan koloni karang yang lebih curam di Great Barrier Reef Utara dan Tengah setelah peristiwa pemutihan karang massal pada tahun 2016 dan 2017.
Bagian selatan terumbu, kata para ilmuwan, juga terpapar suhu yang memecahkan rekor pada awal 2020."Tidak ada waktu untuk merugi, kami harus segera menurunkan emisi gas rumah kaca secepatnya,” kata dia.