REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan negaranya siap memasukkan dua dari lima senjata baru ke perjanjian perlucutan senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS), perjanjian yang dikenal sebagai New START (for Strategic Arms Reduction Treaty).
"Dari lima senjata baru, kami sudah memasukkan dua jenis yang sesuai konteks perjanjian, mereka (AS) tahu hal ini," kata Larvor pada media-media Rusia seperti dikutip Sputnik News, Kamis (15/10).
Lavrov menolak mengungkapkan dengan detail jenis senjata api yang sudah Rusia masukkan ke dalam perjanjian. Di saat yang sama, menteri itu mengatakan New Start mencakup perjanjian rudal balistik interkontinental, rudal kapal selam, dan bomber strategis.
Lavrov menambahkan bila Washington ingin memasukkan senjata nuklir taktis ke dalam perjanjian, maka AS harus menarik rudal amerika dari negara-negara NATO. Ia juga mengatakan Rusia belum melihat adanya prospek New START akan ditandatangani dalam waktu dekat.
"Tidak, secara pribadi saya tidak melihat prospek itu, rekan-rekan saya yang bekerja di format antar departemen, yang bertemu dengan delegasi Amerika juga tidak melihat prospek itu, walaupun kami tidak pernah mengatakan kami menutup pintu dan mengakhiri semua kontrak," kata Lavrov.
Perjanjian New START yang dimulai 2010 mendorong Rusia dan AS mengurangi jumlah rudal strategis mereka. Perjanjian itu juga membentuk lembaga inspeksi baru untuk memverifikasi proses tersebut.
Namun, masa berlaku perjanjian ini akan habis pada Februari 2021. Moskow ingin memperpanjangnya. Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengajukan perpanjangan perjanjian selama lima tahun ke depan. Tapi, AS ingin melibatkan Beijing dalam perjanjian ini.