Kamis 15 Oct 2020 14:07 WIB

Covid-19 Bisa Ganggu Pendengaran?

Kasus pertama gangguan pendengaran pasien Covid-19 dilaporkan di Inggris.

Rep: Rizky Suryarandika, Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Covid-19. Penyintas Covid-19 di Inggris melaporkan adanya gangguan pendengaran dua bulan setelah keluar rumah sakit.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Penyintas Covid-19 di Inggris melaporkan adanya gangguan pendengaran dua bulan setelah keluar rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan di Inggris memperingatkan Covid-19 dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Bahkan, gangguan itu diduga bisa menjadi permanen jika tidak terdeteksi dan diobati lebih awal.

Dalam British Medical Journal, para peneliti di University College London merujuk kasus seorang pria Inggris berusia 45 tahun yang dirawat intensif karena Covid-19. Ia memakai ventilasi dan diberi steroid intravena serta obat antivirus remdesivir.

Baca Juga

Pasien yang menderita asma itu mengalami tinitus di telinga kirinya sebelum kehilangan pendengaran sama sekali sepekan setelah meninggalkan unit perawatan intensif. Tes mengungkapkan gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh peradangan atau kerusakan di telinga bagian dalam atau saraf yang bertanggung jawab atas suara.

Bagian ini yang kemudian diobati sebagian dengan steroid. Sang pria tidak menunjukkan masalah pendengaran atau memiliki kerusakan pada saluran telinganya serta gendang telinganya sebelumnya.

Dia juga tidak memiliki masalah atau kondisi autoimun yang terkait dengan gangguan pendengaran. Kasus ini yang pertama dilaporkan di Inggris, tetapi kasus lain telah dilaporkan di negara lain.

"Ada kemungkinan virus (Covid-19) memasuki sel telinga bagian dalam dan menyebabkan kematian sel dan/atau menyebabkan tubuh melepaskan bahan kimia inflamasi yang disebut sitokin yang dapat menjadi racun bagi telinga bagian dalam,” kata Stefania Koumpa selaku penulis studi dilansir dari Arab News pada Kamis (15/10).

"Steroid kemungkinan membantu mengurangi peradangan dan produksi sitokin. Bahkan gangguan pendengaran satu sisi memiliki konsekuensi besar pada kualitas hidup seseorang, jika tidak segera ditangani," ujar Kevin Munro selaku profesor audiologi di University of Manchester (UoM)

Munro telah dihubungi oleh pasien Covid-19 yang melaporkan gejala serupa. Munro mengatakan dalam survei yang dilakukan oleh tim di UoM, 16 dari 121 pasien dengan Covid-19 melaporkan masalah pendengaran dalam dua bulan setelah meninggalkan rumah sakit.

"Saya pikir mungkin ada banyak penjelasan mengapa orang melaporkan masalah," ucap Munro.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement