REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT KAI Daerah Operasi 6 Yogyakarta menggencarkan sosialisasi keselamatan di jalan pintu perlintasan (JPL) sebidang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna jalan agar selalu berperilaku aman saat melintas terlebih dalam waktu dekat akan dilakukan uji coba operasional kereta rel listrik.
“Kegiatan ini terus kami lakukan secara rutin, terus menerus untuk membiasakan masyarakat atau pengguna jalan agar selalu mendahulukan keselamatan saat melintas di perlintasan sebidang,” kata Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarat Eko Budiyanto di Yogyakarta, Rabu (15/10).
Menurut dia, meski kepatuhan pengguna jalan di perlintasan sebidang di DIY cukup tinggi, namun kegiatan sosialisasi tetap harus dilakukan terlebih uji coba kereta rel listrik (KRL) akan dilakukan pada akhir Oktober dengan rute Yogyakarta-Klaten.
“KRL memiliki spesifikasi yang berbeda dibanding kereta yang biasa melintas karena KRL hampir tidak mengeluarkan bunyi apapun saat berjalan. Artinya, memahami karakter ini dengan selalu mengutamakan keselamatan saat di perlintasan dan selalu mematuhi rambu,” katanya.
Selain itu, dengan dioperasionalkannya KRL maka akan menambah frekuensi perjalanan kereta di wilayah kerja PT KAI Daop 6 Yogyakarta yaitu menjadi sekitar 200 perjalanan tiap hari. “Makanya keamanan dan keselamatan di perlintasan sangat penting untuk terus disosialisasikan,” katanya.
Kepala Bidang Keselamatan dan Teknologi Transportasi Dinas Perhubungan DIY Didit Suranto mengatakan ada etika yang harus dipatuhi pengguna jalan saat melintas di perlintasan sebidang kereta api yaitu mengurangi kecepatan, mematuhi rambu dan sirine.
“Saat sirine berbunyi dan palang perlintasan sudah diturunkan, maka sudah seharusnya pengguna jalan menghentikan kendaraannya,” katanya.
Di DIY, lanjut dia, masih banyak perlintasan liar yang tidak dijaga oleh petugas serta tidak dilengkapi palang pintu perlintasan sehingga meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Lokasi perlintasan liar tersebut banyak ditemui di Kabupaten Kulon Progo.
Untuk saat ini, di perlintasan sebidang ada yang sudah dilengkapi dengan early warning system (EWS) yang akan memberikan peringatan berupa suara untuk mengingatkan pengguna jalan bahwa kereta akan segera melintas.
"Dari sirine dibunyikan hingga kereta melintas, jarak waktunya sekitar tiga menit. Pengguna jalan harus memperhatikan betul hal ini," katanya.
EWS tersebut dipasang di Kalitirto Sleman yang berada dekat Bandara Adi Sutjipto karena lokasi yang menikung. “Hanya di satu titik itu saja karena kami tidak ingin seperti membolehkan adanya pelintasan liar jika EWS dipasang di tiap perlintasan liar," katanya.
Sedangkan untuk penutupan perlintasan sebidang, dimungkinkan ada penutupan apabila di sudah dilengkapi dengan jembatan layang atau jalan bawah tanah atau merupakan perlintasan ganda.
“Misalnya di Lempunyanagn ini. Seharusnya sudah ditutup karena sudah dilengkapi dengan jembatan layang dan ada perlintasan ganda. Tujuannya untuk keselamatan pengguna jalan," katanya.