REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sebanyak 4.045 titik panas terdeteksi di Wilayah Sumatera Selatan sejak 1 Januari hingga 14 Oktober 2020 dengan tingkat kebakaran hutan dan lahan yang relatif lebih rendah dibandingkan kejadian serupa pada tahun 2019. Badan Penanggulangan Bencana Daearah (BPBD) Sumsel mencatat 4.045 titik panas (hotspot) tersebut paling banyak terdeteksi pada Agustus sebanyak 1.121 titik dan September 473 titik saat puncak musim kemarau.
"Peningkatan paling drastis terjadi dari Juli (388 titik) ke Agustus (1.121 titik)," kata Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori di Palembang, Kamis (15/10).
4.045 hotspot selama Januari-Oktober 2020 tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2019 yang mencapai 15.677 titik. Namun, hotspot pada 2020 masih ditemukan merata di 17 kabupaten/kota di Sumsel, paling banyak terdeteksi di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 623 titik, disusul Muara Enim (573 titik), OKI (475 titik), Musi Rawas (457 titik), Banyuasin (307 titik), PALI (287 titik), Ogan Ilir (234 titik), Muratara (236 titik).
Kemudian OKU (196 titik), Lahat (186 titik), Empat Lawang (176 titik), OKU Selatan (122 titik), OKU Timur (66 titik), Prabumulih (42 titik), Palembang (36 titik), Lubuklinggau (18 titik) dan Pagaralam (11 titik).
Menurut Ansori hingga saat ini satgas masih melakukan pemadaman di beberapa lokasi, namun skala kebakarannya relatif kecil karena lahan gambut maupun hutan sudah kembali basah seiring masuknya musim hujan di Sumsel. Karena itu, kemungkinan besar operasi siaga karhutla di Sumsel yang akan berakhir pada 31 Oktober tidak akan diperpanjang seperti tahun sebelumnya.
"Pertimbangannya sekarang sedang transisi ke musim hujan dan sudah banyak curah hujan," kata Ansori menambahkan.