Jumat 16 Oct 2020 04:40 WIB

Goldman Sachs: Akan Ada Drama Brexit

Komisi Uni Eropa memberi batas waktu Brexit pada 31 Oktober 2020.

Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Goldman Sachs pada Kamis (15/10) memperkirakan akan ada drama di Pertemuan Tingkat Tinggi Uni Eropa mengenai proses keluarnya Inggris dari EU (Brexit). Tetapi, menurut Goldman Sachs, kesepakatan perdagangan yang tipis kemungkinan akan dicapai pada awal November.

"Baik tenggat waktu yang ditetapkan Perdana Menteri Inggris 15 Oktober maupun batas waktu yang ditetapkan Komisi Eropa 31 Oktober merupakan penghentian yang sulit pada negosiasi Brexit," kata analis Goldman Sven Jari Stehn dalam sebuah catatan kepada sejumlah klien.

Baca Juga

"Dewan Eropa pekan ini mungkin menampilkan dosis tambahan dari drama politik," ujar Stehn

"Kami pikir kemungkinan 'tidak adanya kesepakatan' akan bertahan sepanjang Oktober. Namun, pandangan utama kami tetap bahwa perjanjian perdagangan tarif nol/kuota nol yang 'tipis' kemungkinan akan dicapai pada awal November," kata Goldman, yang merupakan bank investasi dan perusahaan jasa keuangan Amerika.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin lain Uni Eropa akan bersikeras pada aturan penegakan yang ketat untuk setiap kesepakatan perdagangan dengan Inggris.

Macron memperingatkan bahwa tawaran Perdana Menteri Boris Johnson untuk mengesampingkan perjanjian keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) telah menunjukkan bahwa kata-katanya tidak dapat dipercaya, seperti dilaporkan Financial Times.

Para diplomat Uni Eropa mengatakan para pemimpin -- yang berpartisipasi pada pertemuan puncak yang dimulai pada Kamis -- akan meminta kepala negosiator Brexit dari Uni Eropa Michel Barnier untuk memastikan tentang jaminan "lapangan bermain yang setara" untuk bisnis Eropa yang bersaing dengan perusahaan Inggris didukung oleh hak bagi Brussel untuk mengambil tindakan pembalasan cepat jika Inggris melanggar komitmennya, menurut laporan Financial Times, Senin (12/10).

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement