REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang pasti pernah mengalami sariawan, termasuk juga anak dan bayi. Dokter mengingatkan untuk tidak mengabaikan sariawan yang terjadi pada anak.
Dokter spesialis anak dr Herwanto menjelaskan, sariawan adalah peradangan yang terjadi di dalam rongga mulut yang ditandai dengan kemerahan, bengkak, atau luka yang dapat disertai dengan peradangan. Gejala lain sariawan adalah sakit, panas, bahkan kehilangan fungsi. Bahkan bila didalam mukosa atau rongga mulut, sariawan terlalu dalam pada mukosa mulut akan menyebabkan perdarahan.
"Tentunya kita tidak ingin anak-anak kita berlanjut pada suatu keluhan sariawan yang mengalami perdarahan," ungkapnya dalam Zoom webinar dengan tema "Kenali Sariawan Bayi dan Anak-Anak", yang diselenggarakan oleh Kalbe, disimak di Jakarta, Kamis (15/10).
Ketika sariwan, menurut Herwanto, anak bisa jadi tidak mau makan. Itu saja sudah membuat orang tua senewen dan segera mencari pertolongan.
"Anak-anak tidak mau makan dan minum bila merasakan nyeri, apalagi bayi," kata Herwanto.
"Lima lokasi sariawan yang dialami ini bisa berdampak besar pada anak bila tidak segera diatasi dengan baik."
Sariawan, menurut Herwanto, juga menyebabkan nyeri. Akibat nyeri sariawan, anak bisa kesulitan makan.
"Karena bagian sariawan akan terasa sakit ketika terkena makanan kalau kita mengunyah atau berbicara," ucap Herwanto.
Sariawan tidak menular. Sariawan bisa terjadi selama satu sampai dua pekan, tetapi ada juga jenis sariawan yang bisa terjadi sampai satu bulan.
"Secara umum sariawan sebagian besar dapat sembuh dengan sendirinya. Tapi ada beberapa bagian kecil, sariawan yang memang memerlukan pertolongan atau pengobatan," ujarnya.
Pengobatan pada sariawan pada anak anak harus dilakukan agar tidak memberikan dampak negatif. Misalnya, pola makan terganggu, kekurangan cairan, lemas dan tidak mau minum.
"Kekurangan cairan memberikan efek demam," kata Herwanto.