REPUBLIKA.CO.ID, TERTER - Tentara Armenia menyerang wartawan dari tim Televisi Negara Azerbaijan (AZTV), yang memantau serangan terhadap warga sipil di kota Terter di Azerbaijan.
Seorang staf AZTV, yang ditempatkan di garis depan, dirawat di rumah sakit akibat berbagai luka yang dialaminya setelah kendaraannya terkena serangan pasukan Armenia, kata Kantor Kejaksaan Agung.
Ini bukan kasus pertama pasukan Armenia menyerang awak media di garis depan, sementara tentara Armenia juga masih terus menyerang penduduk sipil.
Menurut otoritas Azerbaijan, setidaknya 43 warga sipil Azerbaijan tewas dalam serangan pasukan Armenia dan sejauh ini lebih dari 210 lainnya terluka.
Setidaknya 1.505 rumah rusak, 66 apartemen dan 277 fasilitas sipil rusak selama dua minggu terakhir, menurut pihak berwenang setempat.
Bentrokan baru-baru ini meletus antara kedua negara pada 27 September, dan sejak itu Armenia terus melakukan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan.
Banyak kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, mendesak gencatan senjata baru. Turki, sementara itu, telah mendukung hak Baku untuk membela diri dan menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia.
Hubungan antara kedua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan masih berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade. Berbagai resolusi PBB, serta organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia.
OSCE Minsk Group - diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS - dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata pun disetujui pada tahun 1994.