REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Mali mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari mulai Kamis untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para korban serangan teroris. Pada Selasa, sedikitnya 12 warga sipil dan 11 tentara tewas akibat serangan teror di Kota Sokoura dan Paroukou, wilayah Mopti, Mali Tengah.
Pengumuman itu disampaikan oleh Presiden Bah N'Daw lewat sebuah pernyataan. Militer mengatakan serangan udara telah diluncurkan hingga menewaskan beberapa teroris dan menghancurkan dua kendaraan mereka.
N'Daw juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan berharap pemulihan segera bagi mereka yang terluka. Serangan itu adalah salah satu yang paling mematikan sejak kudeta 18 Agustus terhadap mantan Presiden Ibrahim Boubacar Keita.
Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi serangan serupa biasanya diklaim oleh Al-Qaeda. Terlepas dari kehadiran pasukan penjaga perdamaian Prancis dan PBB di Mali, kelompok bersenjata masih sangat aktif di negara Afrika Barat itu.
Sejak 2012, militan telah melakukan serangan kekerasan di Mali Utara dan Mali Tengah, menewaskan ribuan tentara dan warga sipil. Kesepakatan damai telah ditandatangani antara pemerintah dan beberapa kelompok pemberontak pada 2015.
Namun, perselisihan politik dan masyarakat terus memicu ketegangan di Mali Utara, sehingga merusak implementasi perjanjian damai.