REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai rencana Kementerian BUMN membentuk holding BUMN sektor kesehatan kurang tepat untuk saat ini. Menurutnya, penggabungan holding BUMN farmasi dengan holding BUMN rumah sakit (RS) akan memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Toto menyarankan Kementerian BUMN sebaiknya menjadikan holding BUMN farmasi dan holding BUMN rumah sakit dalam satu klaster yang sama. "Saya kira langkah yang pas untuk mengembangkan value hulu-hilir BUMN sektor kesehatan ini adalah dalam bentuk klaster," ujar Toto saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (15/10).
Toto menilai klasterisasi seperti ini relatif lebih mudah ketimbang membentuk holding BUMN sektor kesehatan. Pasalnya, keberadaan holding BUMN farmasi dan holding BUMN rumah sakit juga termasuk masih baru.
"Artinya akan cukup rumit kalau bentuknya penggabungan entitas dalam bentuk holding baru karena mereka sendiri masih dalam fase konsolidasi setelah terbentuk sebagai holding," ucap Toto.
Menurut Toto, dengan model klaster, maka kerja sama value chain di sektor hulu (farmasi) dan hilir (rumah sakit) diharapkan bisa meningkatkan value dari BUMN sektor kesehatan tersebut.
"Beberapa langkah rencana aksi kerja sama yang bisa dikerjakan, terutama terkait bidang riset dan pengembangan, serta penyediaan obat dan alat kesehatan," kata Toto menambahkan.