Jumat 16 Oct 2020 10:36 WIB

Empat Risalah Surat Al-Ashr

Surat Al-Ashr mengajarkan manusia terhadap dimensi kehidupan yang bergulir.

Empat Risalah Surat Al-Ashr
Foto: AP /Hatem Moussa
Empat Risalah Surat Al-Ashr

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Preli Yulianto, IMM Palembang

JAKARTA -- Surat Al-Ashr merupakan bagian dari juz 30 yang termasuk surat Makkiyyah yang berjumlah tiga ayat, dan tergolong surat pendek dalam Al-Quran. Surat Al-Ashr ternyata memiliki makna yang luar biasa.

Baca Juga

Bahkan KH Ahmad Dahlan mengulang-ulang surat ini sampai 7 bulan karena berfokus pada makna dan penerapannya secara rill. KH Ahmad Dahlan berpendapat mengenai QS Al-Ashr beliau menjelaskan bahwa sebagaimana ucapan Imam Syafi’i, “Seumpama Allah SWT tidak menurunkan kepada makhluk-Nya hujjah kecuali surat ini, niscaya surat al-‘Ashr itu telah mencukupi untuk memberi petunjuk.”

Muhammadiyah yang berdiri pada 18 November 1912, mecatatkan perjalanan yang panjang menorehkan tinta peradapan, mengukir catatan tinta emas. Hal tersebut, tidak lain pula semangat tajdid dengan prinsip Al-Islam agamaku Muhammadiyah gerakanku, dengan mengamalkan surat Al-Ashr sebagai spirit dalam pembangunan umat Islam berkemajuan.

Berikut ini merupakan arti dari QS Al-Asr ayat 1-3, yakni: (1) demi masa (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Surat Al-Ashr mengajarkan kita pada posisi manusia terhadap dimensi kehidupan yang bergulir akan waktu yang menjadikan manusia dihadapkan oleh kubang kerugian. Kerugian tersebut dapat membelenggu manusia sepanjang waktu, namun apabila manusia menuai kesadaran akan nikmat-nikmat yang Allah SWT limpahkan akan segala kehidupan ini.

Kerugian itu akan sirna yang menjadi pengecualian manusia yang mau beriman, manusia yang mengerjakan amal shalih, menasehati dalam kebenaran, dan menasihati dalam kesabaran. Itulah kandungan QS Al-Ashr yang tertangkup di dalamnya.

Risalah Beriman

Beriman dari kata iman secara etimologi artinya percaya, dan secara istilah yakni percaya terhadap Allah itu esa dalam sanubari hati, dalam perkataan, dan implementasi dalam perbuatan. Surat Al-Ashr mengajarkan orang-orang itu merugi kecuali beriman atau memiliki keimanan, hal itu sangat penting karena iman menjadi fondasi bagi umat Islam.

Ikrar iman sejatinya yang paling dasar dalam tertuang dalam rukun iman yang pertama yaitu membaca 2 kalimat syahadat yaitu: “Asyhadu an-laa ilaaha illallaah, yang artinya “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah, yang artinya Nabi Muhmmad adalah utusan Allah”.

KH Ahmad Dahlan mengajarkan keimanan kepada masyarakat kala itu berdasarkan Alquran dan As-Sunnah salah satunya ayat yang menjadi dasar keimanan, yaitu QS al-Hujuraat ayat 15, dan hadits tentang keimanan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Dalam Al-Quran QS Al-Hujuraat ayat 15 dijelaskan, yakni: “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itu orang-orang yang benar.”

Sedangkan, hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah juga menjelaskan bahwa Rasullah SAW bersabda bahwa iman itu ialah percaya dengan hati dan diikrarkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan.

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement