REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, meragukan klaim pemimpin oposisi Anwar Ibrahim memiliki cukup dukungan di parlemen untuk mengambil posisi pemimpin pemerintahan, Jumat (16/10). Dia menyatakan, jika memang ada cukup dukungan, negara akan tetap berada dalam kebuntuan politik.
"Ini adalah hal yang sering diucapkan Anwar ... Sudah tiga kali dia mengeklaim mendapat dukungan bahwa dia akan menjadi perdana menteri yang benar, hanya untuk menemukan bahwa dia tidak memiliki dukungan," kata Mahathir.
Anwar bertemu raja pada awal pekan ini dalam upaya untuk membuktikan bahwa ia memiliki suara mayoritas parlemen buat membentuk pemerintahan baru. Dia menyatakan diri untuk mengambil kekuasan Muhyiddin sebagai perdana menteri.
Meski meragukan klaim anak didiknya itu, Mahathir mengaku tidak mendukung Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Dia dan lima anggota parlemen federal lainnya dari partai Pejuang masing-masing mengajukan mosi tidak percaya pada kepemimpinan Muhyiddin pada Jumat.
"Jadi situasinya sangat tidak pasti ... bagaimanapun juga, akan ada situasi di mana tidak ada pemerintah di negara ini," kata Mahathir.
Politisi veteran 94 tahun memecat Anwar sebagai wakilnya selama masa jabatan pertama sebagai perdana menteri sehingga memicu perseteruan selama 20 tahun. Setelah permusuhan Mahathir akhirnya menjalin kembali hubungan dengan Anwar dan menghasilkan kemenangan bersejarah dalam pemilu 2018, mengakhiri enam dekade pemerintahan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).