Jumat 16 Oct 2020 17:56 WIB

Gubernur Jabar Pantau Potensi Klaster Pascademo Omnibus Law

Vaksin Covid-19 diproyeksikan akan terdistribusi pada akhir tahun ini.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Foto: Edi Yusuf/Republika
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penyebaran Covid-19 paling rentan terjadi di titik kerumunan. Aksi unjuk rasa terkait penolakan Omnibus Law dikhawatirkan menjadi klaster ppenyebaran Covid-19. Oleh karena itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil akan memantau keterpaparan Covid-19 di keluarga.

 

Menurut Emil, selama sepekan ke depan akan dilihat angka kasus Covid-19. Pihaknya berharap tidak terjadi keterpaparan Covid-19 di  lingkungan kelarga para pendemo. Diakui dia, untuk mengetahui angka keterpaparannya tidak sekadar mengambil data dari pengetesan para pendemo yang ditahan.

 

‘’Dugaan epidemologinya tidak sedkit pendemo di jalanan yang tidak ditahan di Polrestabes Bandung,’’ ujar Emil. Dugaan ini, sambung dia, masih seperti tesis dan untuk memastikannya harus dilihat seminggu ke depan angkanya.

 

Emil berharap tidak ada lagi demonstrasi yang memicu terjadinya kerumunan. Terlebih, pihaknya telah menandatangai surat berisi aspirasi buruh yang mendesak agar Omnibus Law dihentikan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu).

 

Karena aspirasinya sudah tersampaikan, lanjut Emil, diharapkan tidak aada lagi aksi kerumunan. Harapannya, selama sepekan ke depan tidak ada klaster dari demonstrasi Omnibus Law.

 

Terkait Vaksin, pihakmnya mendapatkan laporan kalau vaksin itu akan terbagi dua. Yaitu vaksin yang dites dan dibeli langsung pemerintah pusat. Saat ini, pihaknya masih berkoordinasi dengan pihak terkait mengenai fasilitas vaksin tersebut.

 

Pihaknya juga saat ini tengah mencari formasi pemberian vaksin Covid-19. Hal itu dilakukan untuk memastikan prioritas yang akan mendapatkan vaksin. Seperti diketahui,  Pemerintah Indonesia hingga kuartal keempat 2020 tengah menyiapkan 271,3 juta dosis vaksin corona untuk diberikan kepada masyarakat.

 

Sebanyak 30 juta dosis vaksin diharapkan sudah bisa disediakan di akhir tahun ini. Rencananya, distribusi vaksin akan dimulai pada bulan November 2020. Vaksin tersebut berasal dari perusahaan asal Cina, Cansino, Sinovac, dan Sinopharm.

 

Emil memastikan, ada beberapa pihak yang akan menerima vaksin lebih dulu. Di antaranya tenaga kesehatan (Nakes) yang notabene berjuang di garis depan berhadapan dengan pasien positif Covid-19. Kedua, papar dia, vaksin didahulukan untuk zona merah yang paling parah.

 

Menurut Emil, vaksin Covid -19 yang akan diberikan kepada masyarakat, khususnya di Jabar terbagi dua.​ Yakni ada yang didatangkan dari luar negeri dan ada juga buatan dalam negeri, yang saat ini sedang terus disempurnakan.​ ​

 

‘’Untuk vaksin yang dibeli langsung (dari luar negeri), kemungkinan bulan depan dan Desember sudah hadir, dan yang kedua vaksin yang dites pada diri saya akan diproduksi di dalam negeri oleh Biofarma,’’ tambahnya.

 

Dijelaskan Emil, untuk vaksin yang dibeli dari luar negeri,​ jumlahnya terbatas. Terkait jumlah vaksin yang akan didapatkan masyarakat, saat ini masih dalam pembahasan. Emil mengaku masih menunggu secara detail kabar tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement