Jumat 16 Oct 2020 20:19 WIB

Islam dan Muslim Masih Jadi Peran Antagonis Film-Film Barat

Dunia hiburan Barat masih menjadikan Islam dan Muslim objek antagonis.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Dunia hiburan Barat masih menjadikan Islam dan Muslim objek antagonis. Film (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Dunia hiburan Barat masih menjadikan Islam dan Muslim objek antagonis. Film (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA SERIKAT— Pada 2017 lalu, Riz Ahmad, seorang aktor dan pemenang Emmy Award, ajang penghargaan program televisi Amerika Serikat, memberikan pidato tentang keberagaman di dunia hiburan, khususnya televisi.

“Representasi bukanlah sensasi tambahan, karena apa yang dicari orang adalah pesan yang mereka pikirkan,” katanya. 

Baca Juga

Segera setelah itu, Riz menjalani tes, yang setara dengan tes Bechdel untuk representasi Muslim di media, dilakukan. Tes itu berisi pertanyaan tentang penggambaran karakter Muslim dalam acara TV atau film, apakah mereka teroris, marah secara tidak rasional, anti-modern, ancaman bagi nilai-nilai barat, atau misoginis, dimana karakter wanita ditindas karakter pria. Jika salah satu jawabannya adalah ya, maka tes tersebut gagal.

Dalam pidatonya, Ahmed melanjutkan dengan bertanya: "Di mana kontra-narasinya? Di mana kita bisa memberi tahu anak-anak bahwa mereka bisa menjadi pahlawan dalam cerita kita, bahwa mereka akan dihargai?”  

Dr Nour Halabi, seorang pengajar bidang ras, migrasi dan gerakan sosial di Universitas Leeds, mengatakan, representasi Muslim di media dan hiburan menekankan posisi mereka sebagai 'musuh permanen' dengan penekanan khusus pada terorisme.

Stigma ini kemudian sering dikaitkan dengan kelicikan dan perilaku manipulatif yang digambarkan karakter Muslim, misalnya, dalam film Bodyguard, di mana  karakter Muslim terus berkata bohong sampai akhir.

Salah satu peran paling terkenal untuk seorang wanita Muslim di BBC dalam beberapa tahun terakhir adalah Jed Mercurio yang dirilis pada 2018. Serial ini awalnya menetapkan Nadia sebagai korban yang perlu diselamatkan dari suaminya, yang merupakan seorang teroris, tetapi plot twist mengungkapkan bahwa dia (Nadia) sebenarnya adalah dalang kasus teroris itu.

Pertunjukan itu membuat Bafta, pemeran Nadia, masuk dalam nominasi Emmy dua kali berturut-turut. Pengakuan ini semakin melegitimasi stereotip regresif yang diperankannya.

Laporan tahunan Tell MAMA 2017 mencatat peningkatan serangan Anti-Muslim atau Islamofobia dengan 1.201 insiden terverifikasi, meningkat 26 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada 2018 ada 1.072 serangan terverifikasi. Acara yang meradikalisasi Muslim, seperti Bodyguard berisiko semakin memicu Islamofobia dan memperburuk stereotip perempuan Muslim.

Netflix's Bard of Blood, diproduksi bangsawan Bollywood Shahrukh Khan, juga menampilkan Muslim dalam peran teroris. Bahkan pahlawan super fantastis Amazon menunjukkan The Boys, dimana para warga berperang melawan mereka yang menyalahgunakan kekuasaan mereka, secara sombong menampilkan Muslim sebagai ancaman terhadap nilai-nilai Barat.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement