REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grand Slam Wimbledon akan kembali digelar tahun depan meski harus berlangsung secara tertutup atau tanpa penonton, demikian diumumkan penyelenggara pada Jumat (16/10). Turnamen tenis mayor di lapangan rumput itu untuk pertama kalinya dibatalkan sejak Perang Dunia II akibat pandemi virus corona, tahun ini.
Hanya Wimbledon turnamen Grand Slam yang batal digelar pada tahun ini. Turnamen Grand Slam lainnya seperti US Open sukses digelar sesuai jadwal meski banyak petenis unggulan yang memutuskan tak berpartisipasi karena kekhawatiran kondisi pandemi Covid-19 di AS. Demikian juga French Open yang diputuskan tetap berlangsung meski harus mundur dari jadwal awal Mei-Juni menjadi Oktober.
Frenche Open bahkan bisa dibilang menjadi turnamen Grand Slam satu-satunya yang digelar di tengah pandemi, tapi bisa mendatangkan sekira 1.000 penggemar.
All England Lawn Tennis Club (AELTC) selaku penyelenggara Wimbledon telah menyiapkan beberapa skenario untuk tahun depan yang menurut rencana digelar 28 Juni hingga 11 Juli 2021. Skenario yang dimaksud termasuk soal kemungkinan pembatasan jumlah penonton ke stadion atau jika tak memungkinkan, kejuaraan bakal digelar secara tertutup.
“Menggelar kejuaraan pada 2021 adalah prioritas nomor satu kami, dan kami secara aktif terlibat dalam perencanana skenario untuk mewujudkan itu,” kata Chief Executive AELTC Sally Bolton seperti dikutip AFP, Jumat.
Namun AELTC mengaku tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan semua pemangku kepentingan dalam penyelenggaraannya, khususnya staf dan para tamu.
“Kami bekerja sama dengan pemerintah terkait dan otoritas kesehatan, juga dengan industri olahraganya lainnya agar bisa memahami berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi selama pandemi ini masih berlangsung,” kata dia.