REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Yayasan Penabulu bersama Konsorsium pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK), Konsil LSM Indonesia, dan ICCO Cooperation meluncurkan proyek bertajuk Promoting Green Economic Initiatives by Women and Youth Farmers in The Sustainable Agriculture Sector in Indonesia (Echo Green).
Peluncuran proyek Echo Green yang bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia dan diselenggarakan bekerja sama dengan pemerintah pusat, beberapa pemerintah daerah, dan Uni Eropa. Uni Eropa memberi dukungan dana senilai Rp 16,6 miliar untuk Echo Green.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket mengutarakan, Uni Eropa bangga mendukung proyek ini di tiga kabupaten di Sumatra Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Ekonomi hijau yang inklusif adalah bagian dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
"Penerapan prinsip ekonomi hijau dan inklusif di sektor pertanian akan meningkatkan produktivitas pertanian, menciptakan pendapatan, dan mengurangi ketimpangan dan kemiskinan," kata Piket saat jumpa pers virtual bersama sejumlah wartawan di Depok, Jawa Barat, Jumat (16/10).
Echo Green akan memberikan dukungan teknis kepada 120 CSO, 100 petani perempuan, 100 petani muda dan 100 desa di delapan kecamatan di tiga kabupaten di Indonesia.
Piket menegaskan, perempuan dan petani muda memainkan peran penting dalam komunitas pertanian lokal. Melatih mereka menggunakan teknologi pertanian modern akan meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi.
Hal ini akan membantu membangun pertanian jangka panjang dan berkelanjutan. "Dengan demikian, proyek baru ini akan memberikan manfaat langsung bagi warga Padang Pariaman, Grobogan, dan Lombok Timur," kata Piket.