REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Dr H Nashirul Haq mengatakan untuk menjadi negarawan, seseorang harus berilmu dengan belajar sejarah sebagai pijakan dan sebagai proses tarbiyah.
Selain itu, bekal yang tak kalah penting adalah tampil menjadi pelopor dalam beramal, mengambil peran untuk terus memberikan pencerahan kepada umat.
"Negarawan lahir dari sosok tokoh atau pembimbing. Ada syehnya, harus ada proses tarbiyah dalam mencetak negarawan dan harus dalam bimbingan," katanya pada acara webinar digelar Pemuda Hidayatullah bertajuk "Songsong Negarawan Masa Depan" seperti dilansir kanal Youtube Pemuda Hidayatullah TV, Sabtu (17/10).
Dia menambahkan, lahirnya negarawan juga mesti disiapkan dengan mengikatkan diri dalam ikatan jamaah kaum Muslimin agar bisa terus menguatkan diri dari godaan dan menjaga idealisme.
"Apabila dekat dengan mereka yang kuat iman dan imunitasnya, insya Allah kita akan kuat juga. Kalau jalan sendiri akan mudah diterkam seperti analogi domba dalam pesan Rasulullah," katanya seraya menukil hadits hasan yang diriwayatkan Abu Daud, An Nasa-i, Ahmad dari Abu Darda’ tersebut.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid atau HNW, mengatakan definisi negarawan perlu kita dudukkan bersama. Jika mengacu pada KBBI, maka negarawan memang kemudian terkait dengan memimpin yang kaitannya dengan politik.
Namun, dia menegaskan, politik jangan diartikan semata partai politik. Dia menerangkan, politik adalah sebuah kegiatan atau kondisi untuk menghadirkan kebijakan dan kebijaksanaan (policy) yang itu dilakukan dalam satu kawasan atau konteks negara yang dilakoni oleh mereka yang memang memiliki wawasan, kewibawaan, memiliki kemampuan untuk mengelola, dan tentu karena mempunyai kebijaksanaan.
"Dalam konteks Indonesia, sifat negarawanan ini juga merupakan pengejawantahan dari sikap keislaman dan nubuwwat. Sebagai pemuda muslim yang tinggal di Indonesia, kita sesungguhnya bagian dari sejarah itu sendiri," katanya.