Ahad 18 Oct 2020 16:40 WIB

Survei: Persepsi Ekonomi Buruk dan Sangat Buruk 65,3 Persen

Survei Indikator menunjukkan ada penurunan persepsi bahwa ekonomi nasional buruk.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Pengunjung melintas di dekat stiker larangan melawan arah di Pasar Mayestik, Jakarta, Sabtu (17/10). Pasar merupakan salah satu penunjang perekonomian negara pada masa krisis akibat pandemi Covid-19. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung melintas di dekat stiker larangan melawan arah di Pasar Mayestik, Jakarta, Sabtu (17/10). Pasar merupakan salah satu penunjang perekonomian negara pada masa krisis akibat pandemi Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru 'Mitigasi Dampak Covid: Tarik Menarik Terkait Kepentingan Ekonomi dan Kesehatan', Ahad (18/10). Hasilnya 55 persen responden mempersepsikan bahwa ekonomi nasional buruk dan 10,3 persen responden lainnya menganggap sangat buruk.

"Kami sempat melakukan survei face to face nasional di bulan Februari 2020, itu sesaat sebelum kita memasuki kondisi wabah. Saat itu mereka yang mengatakan kondisi ekonomi buruk itu hanya 24 persen, di bulan Mei melonjak menjadi 81 persen. Sementara yang mengatakan kondisi baik turun drastis. Ini kondisi ekonomi terburuk sejak tahun 2004," kata Direktur Eksekutif  Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam diskusi yang digelar secara daring, Ahad (18/10).

Baca Juga

Kendati demikian, lanjut Burhanuddin, meskipun mayoritas mengatakan kondisi ekonomi nasional buruk, kecenderungan trennya mengalami penurunan jika dibanding survei bulan Juli (69,2 persen) dan Mei (81 persen). Pada survei bulan September, publik yang mengatakan kondisi ekonomi nasional buruk dan sangat buruk ada di angka 65,3 persen.

"Ini harus diapresiasi ya jadi ada langkah pemerintah yang menunjukkan perbaikan," ujarnya.