REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ditundanya kompetisi Liga 1 tahun 2020 dikarenakan pandemi yang masih berlangsung membuat banyak klub sepak bola Indonesia menanggung kerugian. Dua di antaranya PSIS Semarang dan PSS Sleman.
"Sampai detik ini PSIS mengalami kerugian sampai sebesar Rp 7,5 miliar. Bisa dikatakan kondisi kami saat ini remuk redam. Opsi kompetisi yang ditawarkan saat ini menurut saya tidak ideal semua," ujar CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi dalam webinar Kompetisi, antara Bisnis dan Kemanusiaan yang di selenggarakan Jurnalis Olahraga Yogyakarta (JOY), Sabtu (17/10).
Ia menambahkan, kerugian sebesar itu dikarenakan persiapan yang sudah matang lagi-lagi digagalkan karena izin dari kepolisian juga tidak turun. Diberitakan sebelumnya, kompetisi Liga 1 yang direncanakan bergulir kembali Oktober harus dibatalkan setelah tidak turunnya izin keramaian.
Dampak kerugian yang sama pun diderita oleh PSS. Klub asal Sleman itu harus tetap menanggung gaji pemain serta menyediakan fasilitas seperti lapangan dan fasilitas untuk pemain. Dengan ditundanya liga pemain pun merasakan dampaknya.
"Dengan ditundanya liga dari sisi pemain kan tidak mungkin harus latihan berbulan-bulan tapi tidak ada kejelasan," papar Direktur Keuangan PT Putra Sleman Sembada, Andi Wardhana.
Namun Andi mengatakan, penundaan liga di sisi lain dapat memberikan kesempatan untuk klub-klub supaya bisa mempersolid internal masing-masing. Dalam beberapa pertemuan terakhir, Direksi LIB dan jajaran pengurus PSSI sudah menyampaikan mengenai progres apa yang harus dilakukan.
PT LIB pun sudah berusaha untuk melanjutkan kompetisi ini, namun karena kondisi yang tidak memungkinkan membuat mereka harus memutar otak.
"Ini adalah kondisi yang susah untuk dihindari, bahkan tidak bisa dihindari. Bahkan, AFC dan FIFA pun agak gagap untuk menghadapi kondisi seperti ini di awal. Kita belajar dari sana, kita menyiapkan beberapa kajian bahkan di bulan Juni-Juli ada sekitar delapan opsi sebenarnya," tutur Manajer Kompetisi PT LIB, Asep Saputra.
Asep menuturkan, setiap keputusan tersebut harus berdasarkan kesepakatan bersama. Di samping itu, jajaran direksi PT LIB sudah melakukan safari ke berbagai daerah. Dari bersurat hingga berdiskusi tatap muka dengan pihak terkait seperti Polri, BNPB, Satgas Penanganan Covid-19, hingga Kemenkes.
"Tetapi pada akhirnya ada pertimbangan yang membuat izin pertandingan memang tidak bisa dikeluarkan," ujarnya.