REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengungkapkan, timnya menemukan jejak lubang peluru di tempat kejadian perkara terkait peristiwa kematian pendeta Yeremia Zanambi. Selama sepekan lalu, tim Komnas HAM telah melakukan pemantauan dan penyelidikan di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Intan Jaya.
Anam mengatakan, terkait peristiwa kematian Pendeta Yeremia, Komnas HAM menemukan fakta bahwa peristiwa tersebut tidak berdiri sendiri. Terdapat rentetan peristiwa lain yang terjadi sebelumnya.
"Dari tinjauan ke lokasi, olah TKP, dan permintaan keterangan saksi-saksi dan para pihak, Komnas HAM mendapatkan berbagai keterangan, bukti dan informasi pendukung semakin terangnya peristiwa tersebut," ujar Anam dalam keterangan yang diterima Republika, Ahad (18/10).
Salah satunya yakni menemukan banyak jejak lubang peluru di lokasi kejadian penembakan Pendeta Yeremia Zanambani. Jejak peluru tersebut ditemukan saat tim Komnas HAM melakukan rekonstruksi di tempat kejadian perkara yang ada di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua beberapa hari lalu.
“Kami menemukan banyak lubang peluru berbagai ukuran dan berbagai tipologi peluru. Ada bekas darah meski sudah mulai pudar,” kata Anam.
Komnas HAM, lanjut Anam, belum dapat memastikan lubang peluru di lokasi itu ditimbulkan dari tembakan senjata jenis apa, sebelum dilakukan pengujian untuk menentukan karakter peluru itu. Namun, lantaran kasus inj bukan peristiwa yang tak diketahui orang, sehingga pihaknya masih bisa menelusuri latar belakangnya, dan informasinya.
"Itu memudahkan kami mengungkap apa yang terjadi, bagaimana (penembakan) itu terjadi, dan dugaan siapa pelakunya,” ujarnya.
Anam melanjutkan, Komnas HAM akan mengelola seluruh data yang ada untuk menyusun kesimpulan temuan Komnas HAM yang lebih solid. Langkah tersebut juga akan diuji dengan keterangan ahli.
"Kami sudah menemukan titik keyakinan tapi dibutuhkan pendekatan yang lebih kuat dengan ahli agar semakin terang, kuat dan cepat menghadirkan keadilan," kata dia.
"Dalam proses, Tim juga mendapatkan permintaan langsung dari keluarga korban untuk mendampingi ketika dilakukan otopsi, dan dijelaskan itu bagian dari prasyarat dilakukannya
otopsi," tambahnya.
Anam menambahkan, selain peristiwa kematian pendeta Yeremia, Tim Komnas HAM juga mendapatkan pengaduan langsung di lapangan. Yaitu pertama, pengaduan terkait keberatan gedung sekolah yang dijadikan pos persiapan Koramil Hitadipa dan kedua, dari pendeta yang intinya menginginkan pendekatan damai dan menjauhi pendekatan keamanan.