Senin 19 Oct 2020 07:25 WIB

Unjuk Rasa Tuntut Perdana Menteri Pakistan Mundur

Pengunjuk rasa menilai Khan mencurangi pemilihan umum 2018 lalu.

Rep: Lintar Satria/Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Puluhan ribu masyarakat Pakistan turun ke jalan di kota Karachi. Mereka menuntut Perdana Menteri Imran Khan untuk mundur dari jabatannya.
Foto: PA-EFE/SOHAIL SHAHZAD
Puluhan ribu masyarakat Pakistan turun ke jalan di kota Karachi. Mereka menuntut Perdana Menteri Imran Khan untuk mundur dari jabatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Puluhan ribu masyarakat Pakistan turun ke jalan di kota Karachi. Mereka menuntut Perdana Menteri Imran Khan untuk mundur dari jabatannya.

Pengunjuk rasa menilai Khan mencurangi pemilihan umum 2018 lalu. Pada bulan lalu sembilan partai oposisi membentuk sebuah wadah gabungan yang dinamakan Pakistan Democratic Movement (PDM).

Baca Juga

"Anda mencuri pekerjaan dari rakyat, Anda mencuri makanan dua kali satu hari dari rakyat," kata ketua oposisi Maryam Nawaz dalam orasinya, Senin (19/10).

Nawaz merupakan putri dari mantan perdana menteri tiga periode Nawaz Sharif. Kehadirannya menarik banyak kerumunan berkumpul.

Unjuk rasa ini semakin besar di hari ketiga. "Petani-petani kami kelaparan di rumah mereka, remaja kami kecewa," kata ketua oposisi lainnya Bilawal Bhutto Zardari.

Unjuk rasa ini digelar saat Pakistan mengalami krisis ekonomi yang diperparah pandemi virus corona. Inflansi di negara itu mencapai dua digit dan pertumbuhan negatif.

Oposisi menilai hal itu disebabkan oleh kegagalan pemerintahan Khan. Perdana menteri yang menjabat di tahun keduanya itu menyensor dan menindak keras kritikus dan pemimpin oposisi.

"Inflasi mematahkan punggung orang miskin yang terpaksa mengemis untuk memberi anak mereka makan," kata Faqeer Baloch, dalam orasinya di Karachi.

"Saat ini sudah saatnya pemerintah mundur, mundur Imran mundur," tambah Baloch.

Pemilihan umum selanjutnya dijadwalkan pada tahun 2023. Sebelum unjuk rasa di Karachi ini aliansi oposisi sudah menggelar demonstrasi di timur Gujranwala yang menjadi protes terhadap terbesar sejak Khan menjabat sebagai perdana menteri.

Dalam unjuk rasa di Gujranwala, Sharif yang berada di London menyampaikan pidato dalam sambungan video. Ia menuduh Jenderal Qamar Javed Bajwa mencurangi pemilihan 2018 dan menggulingkannya pada tahun 2017.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement