REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan enggan terburu-buru menyelenggarakan pembelajaran tatap muka meski penyebaran Covid-19 di Kota Pahlawan terus menurun. Saat ini, hanya tersisa 143 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Surabaya yang masih menjalani perawatan.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut menyatakan, pembelajaran tatap muka di Surabaya bisa digelar jika kasus aktif Covid-19 tinggal 50-an. "Sekarang masih 143 (pasien Covid-19) di seluruh Surabaya yang dalam perawatan. Mungkin kalau tinggal 50 lagi mungkin (dimulai pembelajaran tatap muka)" kata Risma di Surabaya, Senin (19/10).
Risma mengakui, Pemerintah Kota Surabaya juga terus melakukan upaya-upaya agar ketika pembelajaran tatap muka digelar, tidak malah menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menggencarkan tes swab bagi guru maupun pelajar di Kota Pahlawan.
Namun, Risma tidak bisa mengungkapkan persentase guru maupun murid yang telah dilakukan tes swab tersebut. "Ini kita lagi swab semua anak-anak. Kita swab dulu supaya tidak membahayakan anak-anak yang lain. Pokoknya kondisinya bagus kita akan lakukan tatap muka," ujar Risma.
Risma mengungkapkan keinginannya agar anak-anak bisa segera mengikuti pembelajaran tatap muka. Tujuannya agar anak-anak tidak malah terlibat kegiatan-kegiatan yang seharusnya tidak mereka ikuti.
Misalnya, pada aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law bebebrapa waktu lalu, banyak pelajar setingkat SMP hingga SD yang terlibat. "Ini mudah-mudahan bisa segera selesai. Ini angkanya kurang terus ya untuk covid-19. Saya pingin anak-anak kembali ke sekolah tapi mungkin aktivitasnya lebih banyak juga di luar. Jadi mereka olahraga, musik, atau apa gitu," kata Risma.