REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi penyerapan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sampai dengan pertengahan Oktober sudah mencapai Rp 344,11 triliun atau 49,5 persen dari pagu anggaran Rp 695,2 triliun. Angka ini tumbuh Rp 25,64 triliun dibandingkan bulan lalu yang sebesar Rp 318,48 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kenaikan anggaran PEN terus mengalami pertumbuhan positif. "Waktu Juli ke Agustus, naik Rp 63,9 triliun, dan Agustus ke September naik Rp 106,8 triliun," kata Sri dalam konferensi pers secara virtual, Senin (19/10).
Pada Juli hingga September, Sri mengatakan, tren penyerapan terakselerasi tumbuh 46,9 persen secara bulanan. Akselerasi itu oleh beberapa faktor. Di antaranya, percepatan belanja penanganan Covid-19 dan program PEN lainnya, seperti pemberian insentif usaha, Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik dan Dana Insentif Daerah (DID) pemulihan hingga Kartu Prakerja.
Berbagai program baru yang langsung direalisasikan turut memberikan kontribusi terhadap akselerasi signifikan selama Agustus dan September. Program tersebut yaitu Bantuan Produktif UMKM (BPUM) dan subsidi gaji atau upah ke pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang memiliki gaji maksimal Rp 5 juta per bulan.
Sri mengatakan, akselerasi dalam penyerapan belanja PEN memberikan dampak terhadap pengeluaran pemerintah dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tercatat, belanja negara sampai dengan akhir September tumbuh 15,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, menjadi Rp 1.841,1 triliun.
Sri berharap, akselerasi penyerapan anggaran juga memberikan efek langsung kepada kehidupan masyarakat dan dunia usaha yang kini tertekan akibat pandemi Covid-19. "Kita harap masyarakat dapat manfaat langsung dari program-program tersebut," kata dia.
Secara keseluruhan, kondisi APBN sampai dengan akhir September menggambarkan, Covid-19 masih menjadi faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi global dan nasional. Selama belum tertangani, Sri menyimpulkan, pandemi selalu menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja ekonomi.