REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konser yodelling yang dihadiri 600 orang di Swiss menjadi "superklaster" terparah di Eropa. Dilansir laman The Sun, Ahad (18/10), para ahli meyakini acara musik khusus yang diadakan di wilayah pedesaan Schwyz pada akhir September lalu itu telah menjadi penyumbang lonjakan kasus Covid-19 di daerah tersebut.
Saat ini, wilayah itu telah mengonfirmasi sebanyak 1.238 kasus. Angka itu dua kali lipat lebih tinggi dari 500 kasus yang dikonfirmasi pada pertengahan September lalu.
Misalnya, pada Rabu (14/10) pekan lalu, ada sebanyak 94 orang dinyatakan positif. Angka itu dua kali lebih banyak dari hari sebelumnya.
Acara tersebut sebetulnya mensyaratkan peserta untuk menerapkan pedoman jarak sosial. Namun, pengunjung tidak diwajibkan untuk mengenakan masker.
"Kami tidak dapat berbuat apa-apa tentang apa yang terjadi dengan kelompok yodelling ini. Kami menemukan sembilan hari setelah pertunjukan bahwa beberapa orang dari grup terinfeksi," ujar penyelenggara acara, Beat Hegner.
Daerah tersebut telah menjadi zona terparah dengan penyakit Covid-19 di Swiss. Tingkat infeksinya adalah 408 per 100 ribu penduduk.
Kepala Rumah Sakit Franziska Foellmi mengatakan, tingkat tes positif Covid-19 sangat tinggi. Menurutnya, saat ini adalah saat yang tepat untuk bereaksi.
"Ledakan jumlah kasus di Schwyz adalah salah satu yang terburuk di seluruh Eropa," kata kepala dokter Reto Nueesch.
Dalam pesan video, Nueesch mengatakan, ini sudah waktunya bagi para penduduk untuk bereaksi. Dia meminta masyarakat untuk tidak berpesta lagi.
Penduduk Swiss menyumbang sebanyak 2.600 kasus baru pada Kamis (15/10). Jumlah ini adalah angka harian tertinggi sejak dimulainya pandemi. Sementara proporsi kasus positif melonjak dari 5,4 menjadi 10,2 persen dalam sepekan terakhir.
Setelah melarang yodel dan semacamnya, pihak berwenang juga telah meningkatkan aturan, termasuk mewajibkan memakai masker di semua acara publik dan pribadi dengan lebih dari 50 orang. Masker juga diwajibkan dalam situasi di mana jarak tidak dapat dipertahankan. Presiden Swiss Simonetta Sommaruga memperingatkan bahwa gelombang kedua besar akan segera terjadi.