Selasa 20 Oct 2020 00:35 WIB

KPAI: Dalami Motif Lain Penyebab Meninggalnya Siswi di Gowa

MI ditemukan terbujur kaku oleh adiknya usai meminum racun pada Sabtu (17/10).

Rep: Mabruroh/ Red: Agus Yulianto
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner KPAI Retno Listyarti menyampaikan duka mendalam atas meninggalkan seorang siswi di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, yang diduga depresi karena kesulitan belajar daring. Jaringan internet yang sulit diakses diduga menjadi penyebab siswa tersebut frustasi dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Polisi masih mendalami dugaan motif lain penyebab meninggalnya korban, selain motif permasalahan PJJ secara daring dan beratnya tugas-tugas yang harus diselesaikan anak korban.

"Hal ini penting diungkap, karena jika terbukti motif bunuh diri karena masalah kendala PJJ, maka perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh dari PJJ di kabupaten Gowa oleh Dinas Pendidikan dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, kalau SMA/SMK berarti menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan," kata Retno dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (19/10).

KPAI mendorong sekolah berperan aktif dalam membantu anak-anak yang mengalami masalah psikologis akibat pandemi covid-19. Menurutnya, peran wali kelas dan guru bimbingan konseling menjadi sangat strategis dalam membantu anak-anak yang memiliki masalah psikologis, termasuk kesulitan dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. 

Konsultasi dapat dilakukan melalui aplikasi whatsApp atau aplikasi lain yang mudah dijangkau guru maupun anak-anak. "Kerap kali, anak-anak hanya butuh didengar, ada saluran curhat selain ke sahabatnya, bisa juga ke guru BK dan wali kelas agar dapat diberikan solusi yang tepat," ujar Retno.

Selain itu, kata dia, peran orangtua di saat seperti ini juga sangat dibutuhkan untuk mencegah depresi pada anak. Suasana yang tidak nyaman atau pertengkaran dengan teman mungkin tampak sederhana bagi orang dewasa, namun, berbeda jika kondisi tersebut dialami oleh remaja.

Remaja sering kali mengalami perubahan mood atau suasana hati, sehingga remaja yang terlihat marah, murung, sedih, dianggap wajar. Padahal tambah Retno, perhatian orangtua sangat penting di sini untuk mencegah kondisi tersebut berlarut-larut.

"Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini bisa memicu depresi pada remaja dan menyebabkan munculnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri," kata Retno.

MI (16 tahun) merupakan seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan. MI ditemukan terbujur kaku oleh adiknya usai meminum racun pada Sabtu (17/10).

Kasat Reskrim Polres Gowa AKP Jufri, menduga korban melakukan aksi nekad bunuh diri akibat depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari sekolahnya namun tidak didukung dengan akses internet yang bagus di daerah tempatnya tinggal. Hal ini ini diperkuat dengan keterangan kawan-kawan korban yang menyatakan bahwa korban kerap bercerita pada teman-temannya perihal sulitnya akses internet di kampungnya,  yang menyebabkan tugas-tugas daringnya menumpuk. Rumah korban secara geografis berada di wilayah pengunungan, sehingga akses sinyal sulit.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement