Selasa 20 Oct 2020 14:03 WIB

Konsumsi Rumah Tangga Kunci Indonesia Masuk 5 Ekonomi Dunia

Pemberian BLT ke masyarakat efektif untuk menjaga konsumsi rumah tangga.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Konsumsi rumah tangga. ilustrasi
Konsumsi rumah tangga. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Indef Nailul Huda menyebutkan, konsumsi rumah tangga menjadi kunci utama Indonesia untuk bisa masuk ke lima besar pengerek ekonomi dunia pada tahun depan. Apabila dua komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) ini bisa terakselerasi, kontribusi Indonesia akan semakin besar terhadap ekonomi global.

Huda mengatakan, pemberian bantuan langsung kepada masyarakat terdampak pandemi Covid-19 menjadi salah satu kebijakan efektif untuk menjaga konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, bantuan seperti subsidi gaji, bantuan untuk korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) perlu diperluas dan dilanjutkan. Hal ini mengingat pandemi masih cukup signifikan menekan konsumsi.

Baca Juga

"Pemberian bantuan uang tunai saya rasa lebih efektif dan signifikan dampaknya dibandingkan bantuan barang," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (20/10).

Syarat lainnya, Huda menambahkan, menjaga Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) agar bisa bertahan dan mendorong pertumbuhan mereka melalui penjualan online. Fokus ke UMKM perlu ditingkatkan sebab mereka adalah salah satu penyangga terkuat ekonomi, apabila usaha besar terkena imbas yang cukup signifikan.

Dengan menjaga UMKM, Huda menilai, fondasi ekonomi Indonesia akan kokoh. "Kontribusi UMKM terhadap PDB, juga penciptaan lapangan kerjanya sangat signifikan," ujarnya.

Laporan Bloomberg yang dianalisa dari data IMF memproyeksikan, Indonesia masuk dalam lima besar pengerek pertumbuhan ekonomi dunia pada 2021. Seperti dilansir dari Bloomberg Quint, Jumat (16/10), kontribusi ekonomi Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global diperkirakan sebesar 2,9 persen.

Bahkan, pada 2025, Indonesia akan menjadi kontributor terbesar keempat ke ekonomi global, melampaui Jerman yang semula berada di posisi keempat. Kontribusi ekonomi Indonesia diproyeksikan capai 3,5 persen terhadap PDB global.

Huda menjelaskan, potensi Indonesia untuk menjadi driver pertumbuhan ekonomi global terbilang besar. Sebab, perekonomian Indonesia didominasi oleh perekonomian domestik. Konsumsi rumah tangga, misalnya, berperan hingga 50 persen lebih dalam pembentukan PDB.

Selain itu, investasi Indonesia juga lebih banyak didominasi dari dalam negeri. Perdagangan Perdagangan luar negeri (ekspor-impor) hanya 21 persen dari PDB.

Oleh karena itu, ketika ada krisis pandemi seperti ini, ekonomi Indonesia relatif masih bagus dibandingkan negara lain. Sebut saja Singapura yang ekonominya sangat dipengaruhi oleh ekspor impor. Begitu pula kekuatan ekonomi tradisional Eropa seperti Inggris dan Italia yang sangat terpukul oleh pandemi.

"Alasan ini lah yang mungkin menyebabkan laporan Bloomberg menunjukkan, ekonomi Indonesia bisa menjadi motor penggerak PDB global," ucap Huda.

Berbagai dampak bisa terjadi ketika Indonesia masuk ke lima kontributor terbesar PDB global. Salah satunya, Indonesia akan dipandang sebagai tempat tujuan investasi yang menarik, mengingat konsumsi domestiknya masih terjaga.

Di saat dunia sedang membangun kembali pasca pandemi Covid-19, investor melihat Indonesia sebagai tempat investasi yang menjanjikan. "Jadi tidak perlu lah itu omnibus lawa cipta kerja untuk mendongkrak investasi, karena daya tarik investasi Indonesia yang cukup kuat," ujar Huda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement