Selasa 20 Oct 2020 15:35 WIB

WHO: Eropa, Amerika Utara Harus Belajar dari Asia Soal Covid

Sebagian negara mengalami lonjakan kasus Covid-19 50 persen.

WHO: Eropa, Amerika Utara Harus Belajar dari Asia Soal Covid. Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
WHO: Eropa, Amerika Utara Harus Belajar dari Asia Soal Covid. Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin, mengatakan Eropa dan Amerika Utara harus belajar dari negara-negara Asia dalam mempertahankan langkah anti-Covid dan mengkarantina seseorang, yang melakukan kontak dengan pasien Covid-19.

Pakar kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan kawasan Eropa yang dipantau WHO yang mencakup Rusia, melaporkan hingga 8.500 kematian dalam sepekan terakhir. Sebagian negara mengalami lonjakan kasus 50 persen.

Baca Juga

Dalam beberapa bulan belakangan otoritas di Australia, China, Jepang serta Korea Selatan berhasil mengurangi penyebaran virus dengan menemukan kasus, mengisolasi mereka dan mengkarantina kontaknya. Penduduk mereka menunjukkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi terhadap pemerintah mereka, yang terus mempertahankan langkah pencegahan Covid-19.

"Dengan kata lain, mereka berlari melewati garis finish dan seterusnya, mereka masih berlari sebab mereka tahu pertandingan belum berakhir, bahwa garis finish itu salah. Begitu banyak negara yang menempatkan garis finish khayalan dan ketika mereka melewati ini mungkin mereka telah mengurangi kecepatan beberapa kegiatan mereka," kata Ryan.

"Negara-negara di Asia, Asia selatan, Pasifik Barat yang menurut saya berhasil, benar-benar meneruskan kegiatan inti tersebut," tambahnya.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak otoritas agar bertahan dalam perang melawan virus corona, yang telah menginfeksi 40 juta orang lebih dan menelan lebih dari satu juta korban jiwa lainnya secara global, menurut hitungan terkini Reuters.

"Saya paham ada kelelahan, namun virus telah memperlihatkan bahwa begitu kita lengah, maka virus dapat muncul kembali dengan kecepatan yang sangat tinggi dan mengancam rumah sakit serta sistem kesehatan," kata Tedros.

Kim Sledge dari band Sister Sledge akan menyumbangkan hasil penjualan dari edisi khusus lagu hitnya "We Are Family" kepada WHO. Sledge menuturkan pesan dari lagu tersebut memiliki makna yang bersifat pribadi selama pandemi: "Sebab saya memiliki dua anggota keluarga, suami dan putri saya, yang berprofesi sebagai dokter, yang berada di garda terdepan."

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement