Selasa 20 Oct 2020 16:07 WIB

Buntut Guru Dibunuh, Prancis Usir Ratusan Ekstremis Islam

Prancis akan mengusir ratusan ekstremis Islam yang masih berada di negara itu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Petugas polisi Prancis berdiri di luar sebuah sekolah menengah setelah seorang guru sejarah yang membuka diskusi dengan siswa tentang karikatur Nabi Muhammad SAW dipenggal, Jumat, (16/10)
Foto: AP/Michel Euler
Petugas polisi Prancis berdiri di luar sebuah sekolah menengah setelah seorang guru sejarah yang membuka diskusi dengan siswa tentang karikatur Nabi Muhammad SAW dipenggal, Jumat, (16/10)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Para pejabat Prancis telah mengumumkan tindakan keras terhadap orang-orang asing yang teradikalisasi sebagai tanggapan atas pemenggalan brutal terhadap seorang guru pada Jumat lalu. 

Oleh Oresiden Prancis Emmanuel Macron pemenggalan itu disebut sebagai 'serangan teroris Islam', sebagaimana dilapor Fox News.

Baca Juga

Sejalan dengan langkah-langkah yang direncanakan Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, pihak berwenang berniat mengusir 231 orang asing yang telah berstatus merah, dalam File of Alerts for the Prevention of Terrorist Attacks (FSPRT) yang melacak dugaan aktivitas radikal, lapor outlet tersebut, mengutip Eropa 1.  

Menurut pejabat, nama-nama dalam daftar itu termasuk sekitar 180 orang yang berada di balik jeruji besi saat ini, serta 51 orang lainnya yang mungkin akan segera ditangkap. Secara keseluruhan, lebih dari 850 imigran ilegal terdaftar di FSPRT, kata outlet tersebut. 

Darmanin dilaporkan telah mempertimbangkan deportasi sebelumnya, berniat untuk menawarkan kesepakatan kepada pejabat di Aljazair, Tunisia, dan Maroko untuk mengambil kembali warga negara mereka yang teradikalisasi.  

Masalah hak suaka juga dilaporkan akan ditangani Menteri Dalam Negeri, dengan layanan yang sesuai ditugaskan untuk meneliti lebih cermat orang-orang yang berusaha untuk mendapatkan status pengungsi di Prancis. 

Perkembangan itu terjadi ketika seorang pengungsi Chechnya berusia 18 tahun, yang diidentifikasi sebagai Abdoulakh A adalah tersangka utama dalam pembunuhan yang mengejutkan Prancis pada Jumat. Guru sejarah Samuel Paty 47 (tahun) diserang dan dipenggal seorang pengungsi berusia 18 tahun asal Chechnya.  

Paty sebelumnya telah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya di sebuah sekolah di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris, selama pelajaran tentang kebebasan berbicara.  

Sebelas orang telah ditahan sehubungan dengan serangan itu, menurut laporan media Prancis, termasuk empat anggota keluarga penyerang. Dilansir dari Sputniknews, Selasa (20/10) 

Media Prancis menambahkan bahwa di antara enam orang yang ditangkap pada Sabtu adalah ayah dari seorang murid di sekolah tersebut, dan seorang tukang khutbah 'Islam radikal' yang dilaporkan. Tidak jelas apakah orang-orang ini juga merupakan bagian dari rencana deportasi.  

Setelah tersangka pembunuhan ditemukan tidak jauh dari korban, sambil membawa pisau yang tidak mau dia jatuhkan, polisi menembak dan membunuhnya.  

Menurut laporan media Prancis yang mengutip jaksa anti-terorisme negara itu, Jean-Francois Ricard, sebuah teks yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dan foto Paty ditemukan di telepon tersangka. 

Sebuah akun Twitter yang diyakini milik tersangka berisi postingan dengan foto kepala korban yang dipenggal dan pesan yang dilaporkan berbunyi: "Saya telah mengeksekusi salah satu anjing dari neraka yang berani menjatuhkan Mohammad."

Pada Ahad, para pemimpin politik, asosiasi, dan serikat pekerja berdemonstrasi di Paris dan kota-kota besar lainnya untuk menyerukan dukungan kebebasan berbicara dan memberikan penghormatan kepada Paty, yang telah menjadi target ancaman online untuk menayangkan kartun tersebut.  

Ayah dari satu anak sekolah ini dilaporkan telah meluncurkan seruan online untuk 'mobilisasi' terhadapnya, kata jaksa anti-teror Prancis Jean-Francois Ricard. 

Menurut Ricard, pelaku yang merupakan keturunan Chechnya ini lahir di Moskow pada 2002 dan sempat berstatus pengungsi di Prancis.  

Seorang juru bicara Kedutaan Besar Rusia di Prancis, Sergey Parinov, mengatakan pada Sabtu bahwa tersangka telah tinggal di Prancis bersama keluarganya secara hukum sejak 2008.  

Sementara penghormatan nasional akan diberikan kepada Samuel Paty pada Rabu, demonstrasi diadakan di puluhan kota di seluruh Prancis untuk menunjukkan solidaritas dan kecaman.  

 

Sumber: https://sputniknews.com/europe/202010191080812967-france-to-expel-231-radicalised-foreigners-after-beheading-of-teacher-in-islamist-terrorist-attack/

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement