REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya belum berani mengizinkan sekolah untuk menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka. Kasus Covid-19 yang masih terus bertambah menjadi alasan utama KBM tatap muka belum bisa dilakukan.
Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan, pihaknya masih akan melakukan evaluasi kebijakan untuk KBM tatap muka. Ia juga telah meminta Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya untuk terus memantau perkembangan kasus untuk bisa menggelar KBM tatap muka. Namun, ia tak mau mengambil risiko jika kasus Covid-19 masih terus meningkat.
"Sekarang (Covid-19) masih tinggi, masih naik. Kalau dua minggu tak ada kasus, baru bisa dipertimbangkan. Tapi kalau saya rasa, paling aman (KBM tatap muka baru dilakukan) awal tahun," kata dia, Selasa (20/10).
Ia mengaku tak mau ambil risiko. Menurut dia, pertimbangan utama KBM tatap muka baru dapat dilakukan pada awal tahun adalah pada saat itu, kemungkinan vaksin Covid-19 sudah dapat ditemukan. Artinya, anak-anak sekolah dapat divaksin terlebih dahulu agar kebal virus corona.
Apalagi, lanjut dia, tak ada keharusan pemerintah harus terburu-buru untuk mengizinkan sekolah menggelar tatap muka. Sebab, menurut dia, hingga saat ini belum banyak daerah di Jabar yang mengizinkan sekolah menggelar KBM tatap muka.
Budi menambahkan, hingga saat ini tak ada masalah berarti untuk melakukan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sebab, pemerintah sudah banyak memfasilitasi para guru dan siswa dalam melakukan PJJ. "Pulsa diberikan oleh pemerintah. Guru juga diberikan pelatihan untuk belajar daring. Jadi saya rasa sementara ini daring tak ada masalah," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Budiaman Sanusi mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah akan mengizinkan sekolah menggelar KBM tatap muka secara terbatas sejak beberapa bulan lalu. Segala persiapan sudah dilakukan. Apalagi, lanjut dia, ketika itu status Kota Tasikmalaya sudah masuk ke dalam zona kuning.
"Kita sudah melakukan persiapan dan beberapa sekolah sudah mengajukan. Tinggal assessment ke lapangan oleh gugus tugas untuk menentukan kelayakan sekolah, dari segi fasilitas dan sebagainya," kata dia.
Namun, lanjut dia, ketika itu Kota Tasikmalaya mengalami gelombang kedua (//second wave) kasus Covid-19. Alhasil, Kota Tasikmalaya kembali menjadi daerah zona oranye penyebaran Covid-19, sehingga KBM tatap muka tak jadi dilakukan.
Menurut dia, saat ini Kota Tasikmalaya sudah kembali menjadi zona kuning. Namun, lantaran kasus Covid-19 belum stabil, Wali Kota Tasikmalaya menyarankan agar KBM tatap muka tak dulu dilakukan untuk sementara waktu. "Ini //kan menjadi kebijakan daerah. Pusat pun tidak memaksa," kata dia.
Budiaman mengatakan, salah satu yang menjadi alasan untuk menunda KBM tatap muka di sekolah adalah munculnya klaster pesantren di Kota Tasikmalaya beberapa waktu lalu. Hal itu menjadi kekhawatiran, jika sekolah diizinkan menggelar KBM tatap muka justru akan menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Menurut dia, yang paling penting adalah keselamatan siswa dan guru. Ia tak mau ambil risiko. Apalagi kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya saat ini masih belum bisa diprediksi. "Kita tak mau. Jangan sampai di bawah dinas pendidikan itu ada klaster baru," kata dia.
Karena itu, meski saat ini Kota Tasikmalaya sudah berstatus sebagai zona kuning, untuk sementara KBM tatap muka tak dilakukan. Apalagi, waktu yang ada saat ini sudah menjelang ujian semester. "Kalau melihat situasi, tanggung kalau sekarang. Mending sampai akhir tahun saja. Bisa saja ada perubahan ke depannnya," kata dia.