REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polda Metro Jaya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta untuk mendata ambulans-ambulans yang akan bersiaga di lokasi unjuk rasa. Hal itu untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan ambulans saat aksi unjuk rasa, seperti membawa pasokan logistik untuk para perusuh.
"Kita sudah sosialisasi dari Dinas kesehatan DKi DKI Jakarta untuk mendata ambulans yang ada dan mengontrol untuk membantu kita," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, saat ditemui di Kompleks Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (20/10).
Namun demikian, kata Yusri, sebenarnya pihak Kepolisian mendukung beroperasi ambulans-ambulans yang memang digunakan untuk misi kemanusiaan. Mengingat dalam beberapa kegiatan unjuk rasa menolak Undang-undang Omnibus Law Ciptakerja, ada ambulans yang digunakan untuk menyuplai logistik perusuh. Bahkan hingga saat ini kasus ambulans tersebut masih dalam pemeriksaan.
"Kalau memang di satu sisi untuk kemanusiaan, kami akan mendukung, kami ucapkan terima kasih, tapi di balik itu ada kamuflase malah menyiapkan batu untuk pendemo kami akan tindak tegas," tegas Yusri.
Sebelumnya, saat aksi unjuk rasa penolakan Undang-undang Omnibus Law Ciptakerja, jajaran Polda Metro Jaya telah mengamankan satu ambulans beserta empat orang penumpang di dalamnya. Saat ambulans melarikan diri petugas harus menembakkan gas air mata untuk memberhentikan ambulans tersebut. Akibatnya, satu orang berinisial N loncat dari dalam ambulans dan dilakukan pengamanan oleh petugas.
Yusri menduga di dalam ambulans tersebut ada empat orang, termasuk N. Kemudian malam harinya, ambulans bersama tiga penumpangnya diamankan di Taman Ismail Marzuki. Kemudian dari ambulans lainnya petugas juga mengamankan 7 orang. Jadi totalnya ada 11 orang yang diamankan dan saat ini sudah dipulangkan meski pemeriksaan tetap berlanjut.
"Hasil keterangan awal, ada dugaan bahwa ambulans tersebut bukan untuk kesehatan tetapi untuk mengirimkan logistik dan indikasi batu untuk para pendemo," jelas Yusri.