REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda I Wayan Mustika mengatakan puluhan kabupaten/kota di Jawa timur berpotensi dilanda hujan lebat disertai petir dan angin kencang dalam beberapa pekan ke depan. Potensi tersebut akibat anomali iklim La Nina.
"Anomali iklim La Nina menyebabkan awal musim hujan lebih awal dan terjadi peningkatan curah hujan di atas normal atau lebih dari 25 persen," katanya saat temu media di Kantor BMKG Juanda, Selasa (20/10).
Beberapa wilayah di Jawa timur yang terdampak anomali iklim La Nina masing-masing Kabupaten dan Kota Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Trenggalek.
"Selain itu juga ada Kota Batu, Kabupaten Jember, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten dan Kota Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten dan Kota Blitar, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi," katanya
Ia mengatakan, selain anomali iklim La Nina juga terdapat beberapa gangguan atmosfer lain yang mempengaruhi peningkatan curah hujan seperti Madden Julian Oscillation (MJO). "MJO ini akan meningkatkan intensitas hujan yang lebat dengan disertai kilat atau petir dan angin kencang," ujarnya.
Ia mengatakanperlu diwaspadai gelombang tinggi untuk beberapa hari ke depan yaitu di perairan selatan Jawa Timur dan Samudera Hindia, selatan Jawa Timur dengan ketinggian gelombang yang mencapai 3,5 meter."Selain itu itu juga diperkirakan terjadi cuaca buruk di wilayah laut Jawa bagian utara Bawean, laut Jawa bagian selatan Bawean, perairan Tuban Lamongan, perairan Gresik-Surabaya, perairan Kepulauan Sapudi dan perairan Kepulauan Kangean," ucapnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat agar tetap berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, sambaran petir, pohon tumbang, dan jalan licin.
"Perlu diperhatikan juga mengenai tata kelola air secara terintegrasi dari hulu hingga hilir termasuk gerakan panen air hujan dan penyesuaian tata kelola tatanan global. Selain itu, masyarakat perlu menambah pemahaman tentang mitigasi kebencanaan dan tetap tenang serta waspada dalam menyikapi informasi yang ada," katanya.