Rabu 21 Oct 2020 06:05 WIB

Masjid di Pinggiran Paris Ditutup Usai Guru Dipenggal

Masjid Agung Pantin di Paris akan ditutup enam bulan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Masjid di Pinggiran Paris Ditutup Usai Guru Dipenggal. Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.
Foto: Reuters/Antony Paone
Masjid di Pinggiran Paris Ditutup Usai Guru Dipenggal. Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis melakukan penutupan sementara sebuah masjid di luar Paris, Selasa (20/10). Keputusan itu dinilai sebagai bagian dari tindakan keras terhadap Muslim yang menghasut kebencian setelah pembunuhan seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.

Polisi menempelkan pemberitahuan tentang perintah penutupan di luar Masjid Agung Pantin. Tindakan itu sesuai dengan keputusan polisi memberi tanggapan keras terhadap penyebar pesan kebencian, penceramah radikal, dan orang asing yang diyakini menimbulkan ancaman keamanan bagi Prancis.

Baca Juga

Penutupan tersebut akan berlaku selama enam bulan. "Dengan tujuan tunggal untuk mencegah tindakan terorisme", bunyi pemberitahuan yang dikeluarkan oleh kepala departemen Seine-Saint-Denis.

Masjid Agung Pantin yang berada di pinggiran timur laut Paris sebelumnya telah membagikan video di halaman Facebook-nya sebelum serangan terhadap guru sejarah Samuel Paty. Dalam video tersebut, seorang ayah dari salah satu siswa Paty mengatakan, guru sejarah itu telah memilih siswa Muslim dan meminta mereka meninggalkan kelas sebelum menayangkan kartun tersebut. Dia menyebut Paty seorang preman dan mengatakan dia ingin gurunya disingkirkan.

Pemimpin Masjid Agung Panin, M’hammed Henniche, akhir pekan ini menyatakan penyesalannya dengan pembagian video tersebut di media sosial, setelah diketahui Paty menjadi korban kampanye intimidasi keji secara daring bahkan sebelum dibunuh. Dia menyatakan, membagikan video yang difilmkan oleh ayah seorang siswa di sekolah Paty di halaman Facebook masjid itu bukan untuk mendukung pengaduan tersebut.

Namun, dia mencoba memberi tahu untuk kepentingan anak-anak Muslim. "Tidak ada ruang untuk kekerasan dalam agama kami. Kami mengutuk keras kebiadaban ini," kata masjid tersebut dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Facebook, Senin (19/10). 

https://www.reuters.com/article/worldNews/idUSKBN2751QE?il=0

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement