REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Kasus pembunuhan seorang guru sejarah, Samuel Paty pada Jumat (16/10) lalu masih meninggalkan duka yang dalam. Menanggapi hal itu, Imam Prancis, Hassen Chalgoumi memberi penghormatan dan meminta maaf atas insiden tersebut.
“Kami mohon maaf, karena dia dipenggal atas nama agama kami,” kata Chalgoumi saat dia memberikan penghormatan di depan kampus guru sejarah dan geografi yang dipenggal di Conflans-Sainte-Honorine.
Dia juga meminta maaf kepada keluarga korban. Selain itu, dia mengatakan pelaku atas kejadian ini bukanlah seseorang yang beriman karena berani melakukan kejahatan.
“Bukan anak-anak kita yang tidak menghormati guru kita. Bukan anak-anak kita yang beragama Islam yang meniru kejahatan,” ujar dia.
Dilansir di English Alarabiya, Rabu (21/10), polisi Prancis pada Senin melancarkan serangkaian penggerebekan yang menargetkan jaringan ekstremis tiga hari setelah pemenggalan kepala Samuel Paty. Sebelumnya, Paty telah menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad.
Operasi itu dilakukan sehari setelah puluhan ribu orang mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa di seluruh negeri untuk menghormati guru sejarah Samuel Paty dan membela kebebasan berekspresi. Termasuk hak untuk menayangkan kartun yang dianggap oleh banyak Muslim sebagai penghinaan.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengatakan lusinan orang sedang diperiksa terkait dugaan radikalisasi. Meskipun mereka tidak selalu terkait dengan pembunuhan Paty, pemerintah bertujuan untuk mengirim pesan tidak akan ada jeda satu menit pun bagi musuh Republik.
Darmanin mengatakan pemerintah juga akan memperketat jerat pada LSM yang diduga memiliki hubungan dengan jaringan Islam, termasuk Anti-Islamophobia Collective.