Rabu 21 Oct 2020 11:33 WIB

Alasan Penutupan Masjid di Prancis

Prancis menutup masjid akibat dampak kasus pembunuhan guru.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Alasan Penutupan Masjid di Prancis. Foto: Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.
Foto: Reuters/Antony Paone
Alasan Penutupan Masjid di Prancis. Foto: Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengecam pembunuhan yang menewaskan Samuel Paty, seorang guru sejarah di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris, yang ditemukan meninggal pada Jumat (16/10), dengan keadaan kepala terpenggal.

Dalam pidatonya pada Rabu (21/10), Macron menuduh kelompok Islam militan domestik terlibat dalam kasus ini, dan memerintahkan kelompok yang disebut sebagai Collective Cheikh Yassine itu untuk dibubarkan. Kelompok itu diketahui didirikan pada awal 2000-an oleh seorang pria yang menjadi salah satu pelaku pembunuhan Paty.

Baca Juga

Saat ini kepolisian telah menangkap tujuh orang tersangka, dua diantaranya masih dibawah umur dan  merupakan salah satu murid korban. Penyelidik terus mempelajari motif pelaku, yang diketahui tinggal di kota Evreux di Normandia, mulai bagaimana dia mengatur pertemuannya dengan Paty, hingga apakah pemenggalan itu telah direncanakan sebelumnya.

Di kesempatan yang sama, Macron menginstruksikan Masjid Pantin, sebuah masjid di pinggiran timur laut Paris, untuk ditutup. Penutupan itu lakukan setelah diketahui, salah satu jamaahnya, yang merupakan wali murid di tempat Paty mengajar, sempat menyampaikan keluhan di media sosial dan mengatakan bahwa Paty telah meminta putrinya, dan beberapa murid beragama Islam lain untuk meninggalkan kelas.

Saat ini sebuah tanda yang bertuliskan bahwa masjid ditutup selama enam bulan, sekaligus hukuman enam bulan penjara bagi pelanggar, terpasang di pintu masuk masjid. Pihak berwenang mengatakan, masjid ini telah lama memiliki imam yang mengikuti paham Salafi, dan merupakan rumah dari seorang pengungsi Pakistan berusia 18 tahun yang tiga minggu sebelumnya melakukan penyerangan dan melukai dua orang.

Adapun keterkaitan antara penutupan masjid dengan pembubaran kelompok Collective Cheikh Yassine, kata  Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, adalah karena kelompok tersebut membantu menyebarkan 'kritik' yang ditujukan untuk korban.

Disisi lain, lebih dari 1.000 orang berkumpul di bawah guyuran hujan gerimis untuk menghormati kematian Samuel Paty yang tewas dipenggal pada hari Jumat (16/10). Saat kejadian, Paty dilaporkan baru saja meninggalkan sekolah tempatnya mengajar, di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris.

Sebuah acara peringatan nasional jugs akan diadakan pada Rabu malam untuk memberikan penghormatan kepada Paty di halaman universitas Sorbonne, simbol berusia berabad-abad dari "semangat Pencerahan" dan "forum untuk mengekspresikan ide dan kebebasan", kata kepresidenan Prancis.

Presiden Prancis saat ini tengah giat mengobarkan perang terhadap gerakan yang dia sebut "separatisme", merujuk pada ekstremisme Islam yang menurut pihak berwenang telah menciptakan dunia paralel di negara itu yang melawan nilai-nilai Prancis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement