REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menyasar akselerasi inklusi keuangan di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional membutuhkan kontribusi keamanan digital. Untuk memastikan tingginya tingkat kompetensi digital di Indonesia, saat ini dibutuhkan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat.
Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anung Herlianto mengatakan, saat ini, inovasi dan edukasi terkait keamanan digital sangat dibutuhkan. “Terutama untuk sektor teknologi finansial penting untuk terus dilakukan,” kata Anung saat menghadiri diskusi virtual Gojek dan Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI Indonesia) beberapa waktu lalu.
Anung menegaskan, hal tersebut bisa menjadi kunci dalam mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia. Dia menilai, platform teknologi finansial yang aman dan nyaman bisa membuat konsumen semakin sering menggunakannya.
Dia mengatakan, digitalisasi perbankan saat ini sudah berjalan selama tiga tahun terakhir dan semakin cepat pertumbuhannya saat masa pandemi Covid-19. “Transformasi perbankan ke arah digital semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan secara mudah, cepat, dan efisien serta mempercepat arus perputaran keuangan,” ungkap Anung.
Hanya saja, Anung memaparkan, dalam pengembangan digital banking terdapat dua isu utama yang perlu mendapat perhatian semua pihak. Kedua isu tersebut yakni aspek cyber security dan data privacy serta protection.
Anung memastikan, peran OJK dalam mendukung digitalisasi dilakukan melalui empat strategi utama. Strategi tersebut yakni akselerasi digitalisasi perbankan, penguatan infrastruktur akselerasi digitalisasi, penguatan manajemen risiko terkait risiko siber, dan edukasi keamanan teknologi informasi baik kepada pelaku sektor jasa keuangan maupun nasabah.
Anung menegaskan, keempat strategi tersebut perlu dilakukan secara simultan. Dengan begitu dapat mendorong akselerasi digitalisasi perbankan dalam memberikan layanan yang lebih baik bagi nasabah.
“Digitalisasi pada sektor keuangan khususnya perbankan bukan lagi menjadi sebuah pilihan namun telah menjadi keniscayaan yang dalam jangka panjang diharapkan dapat mendorong akselerasi inklusi keuangan,” ujar Anung.
Sementara itu, Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara menjelaskan, inklusi keuangan memiliki peranan penting dan strategis. Tirta mengharapkan hal tersebut bisa menjadi solusi jitu untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
Tirta menuturkan, tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang lebih baik mengenai produk dan layanan keuangan diiringi dengan kemampuan pengelolaan keuangan yang memadai akan mendorong masyarakat untuk menggunakan produk dan layanan keuangan. “Ini sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka dalam beraktivitas ekonomi,” kata Tirta dalam pembukaan Bulan Inklusi Keuangan 2020.
Tirta memastikan, inklusi keuangan memiliki tiga hal penting bagi perekonomian. Inklusi keuangan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendorong proses pemulihan ekonomi nasional, dan untuk mendukung daya tahan ekonomi masyarakat dalam kondisi apapun.
Salah satu pelaku industri digital yakni GoPay memastikan akan memprioritaskan keamanan digital untuk mendorong inklusi keuangan. Managing Director GoPay, Budi Gandasoebrata mengatakan, saat ini Gojek telah menjadi ekosistem yang mampu menawarkan kemudahan melalui GoPay sebagai tulang punggung layanan pembayaran yang aman dan nyaman.
“Ini mulai dari memfasilitasi transaksi nontunai bagi konsumen hingga membantu mitra merchant mengembangkan bisnisnya,” tutur Budi.
Budi mengatakan, GoPay sudah menjadi pilihan utama konsumen untuk melakukan berbagai aktivitas pembayaran seperti donasi, investasi hingga kebutuhan hiburan. Lebih dari itu, lanjut Budi, GoPay juga menjadi jembatan bagi mitra pengemudi dan merchants untuk mengakses KPR subsidi, tabungan pendidikan, asuransi kesehatan bahkan tabungan umroh.
“Ini membuktikan bahwa kami sangat serius dalam mendorong inklusi keuangan yang aman dalam ekosistem kami sehingga dampaknya dapat dirasakan masyarakat luas,” ungkap Budi.
Untuk itu, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital OJK, Dino Milano Siregar menegaskan, inovasi di bidang keamanan digital sangat diperlukan. Dino mengatakan, inovasi di bidang teknologi finansial yang tidak dibarengi dengan keamanan digital akan menjadi kontraproduktif.
“Platform yang aman akan membuat masyarakat semakin nyaman memanfaatkanya. Kami di OJK selalu mendorong para pemain teknologi finansial untuk terus berinvestasi dan berinovasi di bidang ini,” jelas Dino.
Sementara itu, Head of Corporate Affairs GoPay Winny Triswandhani menegaskan telah berkomitmen memadukan edukasi, teknologi, dan proteksi sebagai pilar keamanan di dalam ekosistemnya. Terlebih, Winy mengatakan, saat ini GoPay sudah membantu akselerasi finansial kepada lebih dari 97 persen pengusaha mikro serta jutaan pengguna yang memanfaatkan GoPay sebagai alat pembayaran untuk berbagai kebutuhan.
“Sebagai bentuk upaya kami dalam memastikan keamanan, kini pelanggan dapat memilih opsi keamanan biometrik (sidik jari) dan verifikasi muka sebelum bertransaksi menggunakan GoPay serta hadirnya jaminan GoPay kembali jika terjadi kehilangan saldo GoPay di luar kendali pengguna,” jelas Winny.
Winny menambahkan, Gojek juga melakukan edukasi melalui berbagai kanal komunikasi milik perusahaan dan eksternal seperti sosial media dan webinar publik. Winny memastikan, Gojek juga berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siberkreasi.
Dari upaya tersebut, Winny memastikan dari hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia (2020) terdapat 93 persen konsumen percaya standar keamanan produk Gojek lebih baik dari standar industri. Selain itu, 92 persen konsumen menyatakan kualitas keamanan pembayaran lebih baik.
Sementara itu, Peneliti Senior Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM) Tony Seno Hartono mengatakan, saat ini keamanan digital harus selaras dengan peningkatan literasi keamanan bagi masyarakat luas. Tony menegaskan, inovasi layanan sangat penting dalam memastikan pengalaman terbaik bagi pengguna saat bertransaksi secara daring.
Hanya saja, Tony mengatakan, banyaknya modus operandi yang kemudian memunculkan kejahatan melalui teknik rekayasa sosial atau Manipulasi Psikologis (Magis) juga cukup mengkhawatirkan. “Maka, diperlukan sinergi dari berbagai pihak untuk mengedukasi masyarakat secara menyeluruh dalam upaya meningkatkan kompetensi keamanan digital masyarakat sebagai pengguna agar mereka semakin aman dan nyaman dalam beraktivitas digital,” ungkap Tony.