REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Iran memilih untuk bersikap tenang dalam memperkuat persenjataan meski embargo yang diberlakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah berakhir. Embargo senjata berakhir pada akhir pekan lalu sesuai dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pda 2015.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyatakan, negaranya tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata di Timur Tengah dan tidak akan memulai akuisisi senjata tanpa batas meskipun embargo senjata telah berakhir.
"Iran tidak berniat untuk terlibat dalam perlombaan senjata di kawasan itu dan memulai pembelian besar-besaran meskipun pembatasan Dewan Keamanan telah berakhir," katanya selama pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB pada Selasa (20/10).
Embargo senjata berusaha mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan keringanan sanksi. Sebelum berakhirnya kesepakatan itu, Amerika Serikat mengusulkan perpanjangan pada 14 Agustus 2020, tetapi usulan itu ditolak oleh mayoritas negara anggota. Zarif pun menyampaikan apresiasinya kepada negara anggota DK PBB yang menolak upaya AS untuk menginisiasi pengembalian sanksi internasional terhadap Iran.