REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Video demonstran ditangkap polisi dan personel antihuru-hara dalam demo yang digelar mahasiswa di Jambi, Selasa (20/10), viral di media sosial (medsos). Dalam video tersebut, polisi yang berjaga memegangi dan memiting 'mahasiswa' Universitas Batanghari (Unbari) yang dianggap bertindak anarkistis.
Saat dibawa oleh beberapa personel Polri, 'mahasiswa' tersebut kemudian ditendang dan dipukuli. Tiba-tiba saja, ada beberapa orang berpakain sipil berani menyerang polisi. Dilihat dari akun Twitter, @AksiLangung, tiba-tiba ada seseorang mengenakan sweater berwarna abu mencoba menghentikan aksi kekerasan yang dilakukan polisi.
Medan.
Tonton sampe abis yaa, biar tau polisi suka nyamar di massa aksi, bikin ribut, diem-diem nangkapin kawan kita eh dipukul temen sendiri.
Makanya kalo nyamar yang pinter! jadi polisi bodoh.
Medan tolong info kondisi disana ya#MosiTidakPercaya #PoliceBrutality pic.twitter.com/c8HYc94YZT
— #ReformasiDikorupsi (@AksiLangsung) October 20, 2020
Ternyata orang itu adalah personel Brimob. Dia datang ingin menyelamatkan komandannya dari amukan polisi. "Sudah-sudah, itu perwira gue itu, Brimob itu," teriak orang yang mengaku sebagai personel Brimob, yang mencoba menghentikan polisi lantaran terus memukuli sang perwira yang menyamar sebagai mahasiswa.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Kabiro Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Awi Setiyono menjelaskan, insiden baku hantam antara Intel Brimob dan personel Sabhara terjadi karena kesalahapahaman. Namun, pihaknya membantah jika yang mahasiswa yang diamankan dalam video adalah itu adalah Intel Brimob yang tengah menyamar menjadi mahasiswa.
"Terkait video viral dimedsos yang mengatakan bahwa perwira Brimob menyamar sebagai mahasiswa dan ditangkap oleh polisi lalu kena pukul personel sabhara adalah tidak benar," tegas Awi saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Rabu (21/10).
Menurut Awi, seseorang yang diamankan oleh personel kepolisian adalah benar seorang mahasiswa bukan pihak Kepolisian atau intel yang tengah melakukan penyamaran. Karena itu, ia menegaskan, insiden itu terjadi murni salah paham antarpetugas.
Kondisi itu terjadi, sambung dia, dipicu anggota intel polisi menghentikan anggota Brimob yang hendak memukuli mahasiswa. Hanya saja, video yang tersebar di medsos tersebut dinarasikan tidak sesuai dengan kejadiannya.
"Yang ditangkap menggunakan baju almamater hijau (kampus Unbari) saat kejadian adalah benar benar mahasiswa. Mahasiswa tersebut ditangkap karena sudah anarkhis melawan petugas, makanya diamankan," ungkap Awi.
Awi juga menyampaikan bahwa insiden kesalahapahaman tersebut sudah clear, usai tahu yang bawa mahasiswa adalah perwira intelijen Brimob. Namun, pihaknya menyayangkan adanya narasi yang dibuat seolah-olah intel menyamar sebagai mahasiswa kemudian berbuat kerusuhan sehingga diamankan oleh petugas.
"Sama nitizen (warganet) dibikin narasi macam-macam," kata Awi mengeluhkan ulah warganet.