Rabu 21 Oct 2020 12:49 WIB

Buntut Pembunuhan Guru, Masjid Paris Ditutup Enam Bulan

Penutupan masjid selama enam bulan itu bertujuan untuk mencegah tindakan terorisme

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.
Foto: Reuters/Antony Paone
Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis akhirnya mengeluarkan keputusan menutup masjid di pinggiran kota Paris selama enam bulan. Penutupan masjid dilakukan sebagai buntut dari aksi pembunuhan terhadap seorang guru di Paris.

Masjid Agung Pantin yang terletak di pinggiran timur laut Paris sebelumnya mengunggah sebuah video di halaman Facebooknya. Video tersebut berisi sebuah kecaman yang ditunjukkan kepada guru sejarah Prancis yang memberikan materi kebebasan berpendapat dengan menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada peserta didiknya.

"Perintah (penutupan) enam bulan itu bertujuan untuk mencegah tindakan terorisme," bunyi pemberitahuan yang dikeluarkan oleh kepala departemen Seine-Saint-Denis, dilansir dari English Alarabiya, pada Rabu (21/10).

Polisi Paris segera menempelkan pemberitahuan perintah penutupan di luar masjid. Penutupan tersebut juga dilakukan setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron menjanjikan akan menindak keras terhadap penyebar pesan kebencian, termasuk penceramah khotbah radikal dan orang asing yang diyakini menimbulkan ancaman keamanan bagi negaranya.

Pemenggalan kepala pegawai negeri oleh pelaku, Anzorov (18 tahun) karena penggunaan satire religiusnya untuk mengeksplorasi debat seputar kebebasan berekspresi bersama peserta didik di kelasnya. Kebebasan berpendapat merupakan sebuah prinsip demokrasi yang dijunjung tinggi di Prancis sekuler.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmain mengatakan minggu ini Prancis dihadapkan oleh musuh di dalam.

Rektor Masjidil Haram Panin, Muhammed Henniche, akhir pekan ini menyatakan penyesalannya dengan membagikan video di media sosial, setelah diketahui Paty menjadi korban kampanye intimidasi keji secara online bahkan sebelum ia dibunuh.

Dalam video tersebut, ayah muslim dari salah satu siswa Paty mengatakan bahwa guru sejarah telah memilih siswa muslim dan meminta mereka untuk meninggalkan kelasnya sebelum menayangkan kartun Nabi Muhammad tersebut. Dia menyebut Paty seorang preman dan mengatakan dia ingin gurunya disingkirkan.

Henniche mengatakan kepada Agence France Presse bahwa dia telah membagikan video tersebut, yang difilmkan oleh ayah seorang siswa di sekolah Paty, bukan untuk mendukung pengaduan tersebut tetapi karena kepedulian terhadap anak-anak muslim.

Ayah siswa tersebut sekarang berada dalam tahanan polisi.

"Tidak ada ruang untuk kekerasan dalam agama kami," kata pihak masjid dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di laman Facebook pada Senin lalu. "Kami mengutuk keras kebiadaban ini," tulis mereka.

Seorang warga Pantin, yang menyebut namanya Maya dan mengatakan bahwa suaminya shalat di masjid, menyebut penutupan itu menyedihkan bagi komunitas muslim di pinggiran kota Paris yang padat penduduk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement