REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata memiliki rekening di sebuah bank Cina. Namun akun tersebut tak dicantumkan dalam pengungkapan keuangan publik.
New York Times (NYT) menjadi media yang pertama kali melaporkan hal tersebut pada Rabu (21/10). Menurut laporan NYT, rekening itu dikelola Trump International Hotels Management. Pada 2013-2015, ia membayar pajak sebesar 188.561 dolar AS kepada China.
Catatan pajak tampaknya tak menjelaskan jumlah pasti uang yang terlibat dalam transaksi melalui rekening tersebut. Namun mencantumkan pendapatan asing dalam laporan pajak di AS bersifat wajib. Trump International Hotels Management hanya melaporkan beberapa ribu dolar dari China dalam beberapa tahun terakhir.
Pengacara Trump Organization Alan Garten mengatakan kepada NYT bahwa perusahaan Trump memang memiliki rekening bank di China. Namun dia menolak menyebutkan nama bank tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Garten mengatakan Trump International Hotels "membuka rekening di bank China yang berkantor di AS untuk membayar pajak lokal".
Garten mengatakan perusahaan membuka rekening setelah sebuah kantor dibuka di Cina untuk menjajaki potensi kesepakatan hotel di Asia. “Tidak ada kesepakatan, transaksi, atau aktivitas bisnis lainnya yang pernah terwujud dan, sejak 2015, kantor tetap tidak aktif,” kata Garten, dikutip laman the Independent.
Menurut dia meskipun rekening bank tetap terbuka, ia tidak pernah digunakan untuk tujuan lain. Pada 27 September lalu, NYT melaporkan tentang praktik pengemplangan pajak yang dilakukan Trump. Disebutkan bahwa Trump hanya membayar pajak pendapatan sebesar 750 dolar AS pada 2016 dan 2017. Kabar itu segera memicu gelombang kritik mengingat kekayaan serta jaringan bisnis yang dimiliki Trump.
Informasi itu diperoleh NYT dari data pengembalian pajak. Pada 2016, yakni ketika Trump memenangkan kontestasi pilpres AS, dia hanya menyetor pajak pendapatan sebesar 750 dolar AS. Kemudian pada 2017, tahun pertama Trump menjalani masa jabatannya sebagai presiden, ia tetap membayar pajak dengan nominal serupa.
Trump bahkan disebut tak membayar pajak penghasilan apa pun dalam 10 dari 15 tahun sebelumnya. Menurut NYT, Trump mampu meminimalkan tagihan pajaknya dengan melaporkan kerugian besar di seluruh jaringan bisnisnya. Pada 2018, misalnya, Trump mengklaim menelan kerugian sebesar 47,4 juta dolar AS. Namun dalam pengungkapan keuangan tahun itu, dia memiliki pendapatan sebesar 434,9 juta dolar AS.
NYT mengaku telah memiliki data pengembalian pajak Trump dan perusahaan dalam organisasi bisnisnya untuk kurun dua dekade terakhir. Namun dokumen tersebut hanya menjabarkan apa yang dikatakan Trump kepada pemerintah tentang bisnisnya dan tidak mengungkapkan kekayaan aslinya.
Menurut NYT, Trump pun sedang berjuang melawan Internal Revenue Service (IRS) atas pengembalian pajak yang dia klaim hampir 73 juta dolar AS. Itu merupakan total pajak penghasilan yang dia bayarkan dari 2005 hingga 2008, plus bunga. Jika IRS membuat pengembalian dana tidak valid, Trump harus membayar kembali uang itu dengan bunga dan kemungkinan penalti. Totalnya bisa "melebihi 100 juta dolar AS."
Trump telah membantah laporan yang disusun dan dipublikasikan New York Times. Dia menyebutnya sebagai berita bohong. "Sebenarnya saya membayar pajak, dan Anda akan melihatnya segera setelah pengembalian pajak saya selesai," kata Trump kepada awak media di Gedung Putih, dikutip laman USA Today.
Dia mengungkapkan saat ini IRS melakukan audit terhadapnya. "Itu sedang diaudit, mereka sudah lama diaudit. IRS tidak memperlakukan saya dengan baik," ujarnya.
Trump berulangkali menyerang China dalam isu kampanyenya. Trump menyalahkan China atas penyebaran Covid-19 di seluruh dunia. Trump juga menganggap China melakukan perdagangan yang tak adil.