Rabu 21 Oct 2020 21:23 WIB

Perbuatan Baik dan Buruk Sekecil Apapun akan Diganjar

Allah SWT akan mengganjar amal baik dan buruk sekecil apapun.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT akan mengganjar amal baik dan buruk sekecil apapun. Ilustrasi amal baik.
Allah SWT akan mengganjar amal baik dan buruk sekecil apapun. Ilustrasi amal baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT akan memperlakukan adil setiap amalan yang dikerjakan umat manusia selama di dunia. Baik berupa amalan baik ataupun amalan buruk. 

Banyak ayat Alquran yang menegaskan tentang ganjaran amalan setimpal itu. Di antaranya adalah surat Al-Zalzalah ayat 7 dan 8.   

Baca Juga

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ # وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

fa may ya'mal miṡqāla żarratin khairay yarah. wa may ya'mal miṡqāla żarratin syarray yarah.

Artinya : “Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah niscaya dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah sekalipun, niscaya dia akan melihatnya pula.”

Dalam buku Tafsir Al-Misbah oleh Prof Quraish Shihab dijelaskan di sanalah mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan secara adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, yakni butiran debu sekalipun, kapan dan di manapun niscaya dia akan melihatnya. Dan demikian juga sebaliknya barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah sekalipun, niscaya dia akan melihatnya pula.

Kata dzarrah ada yang memahami dalam arti semut yang kecil pada awal kehidupannya atau kepala semut. Ada pula yang memahaminya debu yang berterbangan di celah cahaya matahari yang masuk melalui lubang atau jendela. 

Namun, yang jelas ayat ini menegaskan manusia akan melihat amal perbuatannya sekecil apapun itu. Dalam konteks kecil atau besarnya amal, Rasulullah SAW bersabda:

عن عدي بن حاتم رضي الله عنه قال: سمعت النبي ﷺ يقول: اتقوا النار ولو بشق تمرة

“Lindungilah diri kamu dari api neraka walau dengan sepotong kurma.” (HR Bukhari dan Muslim melalui ‘Adi Ibn Hatim).  

Sementara kata yarah(u) terambil dari kata ra’â yang pada mulanya berarti melihat dengan mata kepala. Tetapi ia digunakan juga dalam arti mengetahui. Sementara ulama menjelaskan jika ingin memahaminya dalam arti melihat dengan mata kepala maka yang terlihat itu adalah tingkat-tingkat dan tempat-tempat pembalasannya serta ganjarannya. 

Bila memahaminya dalam arti mengetahui maka objeknya adalah balasan dan ganjaran amal itu. Diperlihatkannya amal itu tidak berarti semua yang diperlihatkan itu otomatis diberi balasan oleh Allah, karena boleh jadi sebagian di antaranya, apalagi amalan-amalan orang mukmin dimaafkan oleh-Nya.

Kata ‘amal yang dimaksud di sini termasuk pula niat seseorang. Amal adalah penggunaan daya manusia dalam bentuk apapun. Manusia memiliki daya empat pokok, yakni daya hidup, daya pikir, daya fisik, dan daya kalbu.

Kedua ayat di atas merupakan peringatan sekaligus tuntunan yang sangat penting. Awal surat ini menjelaskan tentang goncangan bumi yang snagat dahsyat dan ketika itu seluruh yang terpendam di dalam perut bumi dikeluarkan sehingga nampak dengan nyata. Akhir surat ini pun berbicara tentang tampakan segala sesuatu dari amalan manusia sampai yang terkecilnya sekalipun. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement