REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis, Emmanuel Macron bersumpah atas tragedi pembunuhan Samuel Paty bahwa tidak akan melepaskan kartun Nabi Muhammad. Hal itu ia lakukan sebagai bentuk penghormatan atas guru yang terbunuh.
"Paty dibunuh karena dia menjelma Republik. Dia dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kita, mereka tidak akan pernah memilikinya," ujar Macron seraya bersumpah dilansir dari English Alarabiya, Kamis (22/10).
Peti mati Samuel Paty (47 tahun) berdiri di tengah halaman universitas, dihiasi dengan bendera Prancis. Di sekelilingnya para siswa, teman, dan semua guru memberikan penghormatan yang mengharukan kepada ayah satu anak itu.
Upacara kematian dimulai dengan menyanyikan lagu "One" oleh band rock Irlandia U2 melalui pengeras suara atas permintaan keluarga Paty, dan diakhiri dengan tepuk tangan.
Paty dibunuh dalam perjalanan pulang usai mengajar pada Jumat lalu. Paty dibunuh oleh Abdullakh Anzorov (18 tahun) dan saat ini tersangka telah ditembak mati oleh polisi.
Paty menjadi subjek kampanye kebencian online, setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada para siswanya. Kartun Nabi ditunjukkan sebagai materi belajar di kelasnya untuk memancing perdebatan tentang kebebasan berekspresi.
Gambar yang sama juga telah memicu serangan berdarah di kantor majalah satir Charlie Hebdo lima tahun lalu, di mana 12 orang, termasuk kartunis, meninggal dunia.
Sumber: