Kamis 22 Oct 2020 11:36 WIB

Turki Pertimbangkan Ketatkan Aturan Cegah Penyebaran Covid

Turki mempertimbangkan pembatasan perjalanan dan karantina akhir pekan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Petugas polisi mengenakan masker untuk melindungi dari penyebaran coronavirus saat patroli di taman umum memperingatkan warga untuk menghormati jarak sosial, di Ankara, Turki, Rabu (24/6). Pemerintah Turki mewajibkan pemakaian masker di tiga kota besar untuk mengekang penyebaran COVID-19 menyusul peningkatan dalam kasus yang dikonfirmasi sejak pembukaan kembali aktivitas ekonomi.
Foto: AP / Burhan Ozbilici
Petugas polisi mengenakan masker untuk melindungi dari penyebaran coronavirus saat patroli di taman umum memperingatkan warga untuk menghormati jarak sosial, di Ankara, Turki, Rabu (24/6). Pemerintah Turki mewajibkan pemakaian masker di tiga kota besar untuk mengekang penyebaran COVID-19 menyusul peningkatan dalam kasus yang dikonfirmasi sejak pembukaan kembali aktivitas ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan kembali beberapa langkah untuk membendung penyebaran Covid-19. Aturan itu antara lain tinggal di rumah untuk yang lebih muda dan lebih tua atau bahkan melakukan karantina akhir pekan.

Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan pada Rabu (21/10) malam bahwa ada kenaikan dan penurunan regional dalam kasus Covid-19. Hal ini tergantung pada seberapa banyak warga negara yang mematuhi tindakan kebersihan pribadi dan jarak sosial, walau tidak ada tindakan pembatasan yang dilakukan.

Baca Juga

"Jika langkah-langkah tambahan diperlukan, mereka selalu dapat dipertimbangkan, tetapi ini tidak ada dalam agenda kami saat ini," kata Oktay kepada CNN Turk.

Oktay menyatakan pemerintah mengambil keputusan yang diperlukan murni berdasarkan data. Namun, data yang sesungguhnya justru berkata lain.

Pejabat pemerintahan yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan jumlah total infeksi sekitar lima kali lipat yang dilaporkan dalam penghitungan harian pemerintah jika kasus tanpa gejala dimasukkan. Kondisi ini menggemakan kekhawatiran oleh asosiasi medis Turki dan anggota parlemen oposisi.

Pernyataan tersebut dapat dikuatkan dengan peringatan yang diberikan Menteri Kesehatan Fahrettin Koca. Dia sebelumnya telah memperingatkan tentang peningkatan jumlah dan mendesak orang Turki untuk mematuhi aturan jarak dan penggunaan masker secara nasional.

"Langkah-langkah baru dapat diterapkan setelah melihat prosesnya selama beberapa pekan," kata pejabat senior tersebut. Pernyataan itu menanggapi kenaikan jumlah kasus bergejala mencapai 2.026 orang pada awal pekan ini.

Menurut pejabat tersebut, gambaran itu akan menjadi lebih jelas setelah menilai dampak dari pembukaan kembali sebagian sekolah awal bulan ini. Asosiasi medis Turki dan partai oposisi utama mengkritik keputusan pemerintah yang hanya mengungkapkan jumlah pasien bergejala.

Kementerian Kesehatan mengubah kata-kata dalam laporan hariannya dari "kasus" menjadi "pasien" pada 29 Juli. Koca mengatakan jumlah harian hanya mencakup kasus simtomatik.

Jumlah "pasien" di Turki sejak wabah dimulai melebihi 350 ribu dengan hampir 9.500 kematian. Otoritas Turki memberlakukan karantina wilayah, membatasi perjalanan antarkota, dan menutup restoran serta kafe awal tahun ini. Hampir semua pembatasan dicabut pada Juni.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement